Jumat, 17 Juni 2016

KONSEP INFLASI DAN INVESTASI

Studi Ekonomi - Siti Nur Roisah

            PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang
produksi nasional yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Secara umum penyebab Inflasi terjadi karena adanya tekanan dari sisi permintaan (Deman Pull Inflation) maupun dari sisi penawaran (Cost Pull Inflation). Dari sisi permintaan Menurut teori moneter, ekses permintaan ini disebabkan terlalu banyaknya uang beredar di masyarakat, sedangkan jumlah barang di pasar sedikit. Dari sisi penawaran (Cost Pull Inflation), inflasi yang disebabkan oleh kenaikan biaya produksi. Adanya kenaikan biaya produksi, asumsi dengan modal yang sama, maka jumlah produk yang dihasilkan Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang sangat ditakuti oleh semua negara di dunia, termasuk Indonesia.
Telah kita ketahui bahwa disetiap Negara terutama Negara Indonesia, Inflasi tersebut sangat berpengaruh pada kegiatan ekonomi yang lainnya seperti pada Investasi. Perlu anda ketahui bahwa adanya inflasi yang tinggi atau kelebihan keadaan tersebut membuat pengaruh buruk terhadap para investor saham pada setiap perusahaan. Oleh karena itu dalam makalah ini akan menjelaskan pengaruh inflasi terhadap investasi ataupun konsep inflasi dan Investasi itu sendiri.
B.       Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian inflasi?
2.    Berapa pembagian dari inflasi? 
3.    Bagaimana perhitungan dari indeks harga konsumen ( IHK ) atau consumer price index ( CPI ) ?
4.    Bagaimana tujuan dari perhitungan IHK atau CPI?
5.    Bagaimana perhitungan dari inflasi?
6.    Apa definisi dari deflasi?
7.    Bagaimana pengaruh inflasi terhadap investasi?

            PEMBAHASAN
A.    Pengertian inflasi
Secara umum inflasi berarti kenaikan tingkat harga secara umum dari barang atau komoditas dan jasa selama suatu periode waktu tertentu. Inflasi dapat dianggap sebagai fenomena moneter karena terjadinya penurunan nilai unit perhitungan moneter terhadap suatu komoditas. Definisi inflasi oleh para ekonom modern adalah kenaikan yang menyeluruh dari jumlah uang yang harus dibayarkan ( nilai unit perhitungan moneter ) terhadap barang-barang atau komoditas dan jasa. Sebaliknya, jika yang terjadi adalah penurunan nilai unit perhitungan moneter terhadap barang-barang atau komoditas dan jasa yang didefinisikan sebagai deflasi ( deflation )[1]. 
Dalam banyak literatur disebutkan bahwa inflasi didefinisikan sebagai kenaikan harga umum secara terus menerus dari suatu perekonomian. Sedangkan menurut Rahardja dan Manurung ( 2004 : 155 ) mengatakan bahwa, inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus menerus. Sedangkan menurut Sukirno ( 2004 : 333 ), inflasi yaitu, kenaikan dalam harga barang dan jasa, yang terjadi karena permintaan bertambah lebih besar dibandingkan dengan penawaran barang di pasar. Dengan kata lain, terlalu banyak uang yang memburu barang yang terlalu sedikit. Inflasi biasanya menunjuk pada harga-harga konsumen, tapi bisa juga menggunakan harga-harga lain ( harga perdagangan besar, upah, harga, asset dan sebagainya ).  Biasanya diekspresikan sebagai persentase perubahan angka indeks. Tingkat harga yang melambung sampai 100% atau lebih dalam setahun ( hiperinflasi ), menyebabkan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap mata uang, sehingga masyarakat cenderung menyimpan aktiva mereka dalam bentuk lain, seperti real estate atau emas, yang biasanya bertahan nilainya di masa-masa inflasi. Inflasi tidak terlalu berbahaya apabila bisa diprediksikan, karena setiap orang akan mempertimbangkan prospek harga yang lebih tinggi di masa yang akan datang dalam pengambilan keputusan. Di dalam kenyataannya, inflasi tidak bisa diprediksikan, berarti orang-orang sering kali dikagetkan dengan kenaikan harga. Hal ini mengurangi efisiensi ekonomi karena orang akan mengambil resiko yang lebih sedikit untuk meminimalkan peluang kerugian akibat kejutan harga. Semakin cepat kenaikan inflasi, semakin sulit untuk memprediksi inflasi di masa yang akan datang.[2]
B.     Pembagian dari inflasi
Inflasi dapat digolongkan menurut tingkat keparahannya, yaitu sebagai berikut:
1.      Moderat Inflation : karakteristiknya adalah kenaikan tingkat harga yang lambat. Umumnya disebut sebagai “inflasi laju digit”. Pada tingkat inflasi seperti ini orang-orang masih mau untuk memegang uang dan menyimpan kekayaannya dalam bentuk uang dari pada dalam bentuk asset riil.
2.      Galloping Inflation : inflasi tingkat ini terjadi pada tingkatan 20% sampai dengan 200% per tahun. Pada tingkatan inflasi seperti ini orang hanya mau memegang uang seperlunya saja, sedangkan kekayaan disimpan dalam bentuk asset-aset riil.
3.      Hyper Inflation : inflasi jenis ini terjadi pada tingkatan yang sangat tinggi yaitu jutaan sampai trilyunan persen per tahun.[3]
Terdapat berbagai macam jenis inflasi jika dilihat dari penyebabnya, beberapa kelompok besar dari inflasi adalah:
1.      Policy Induced, disebabkan oleh kebijakan ekspansi moneter yang juga bisa merefleksikan difisit anggaran yang berlebihan dan cara pembiayaannya.
2.      Cost Push Inflation, disebabkan oleh kenaikan biaya-biaya yang bisa terjadi walaupun pada saat tingkat pengangguran tinggi dan tingkat penggunaan kapasitas produksi rendah.
3.      Demand Pull Inflation, disebabkan oleh permintaan agregat yang berlebihan yang mendorong kenaikan tingkat harga umum.
4.      Inertial Inflation, cenderung untuk berlanjut pada tingkat yang sama sampai kejadian ekonomi yang menyebabkan berubah. Jika inflasi terus bertahan, dan tingkat ini diantisipasi dalam bentuk kontrak finansial dan upah, kenaikan inflasi akan terus berlanjut.[4]
Menurut sumbernya inflasi dibagi menjadi sebagai berikut :
1.      Inflasi dari luar negeri
Karena terjadi kenaikan harga diluar negeri, dalam Negara bebas banyak Negara yang saling berhubungan sehingga akan mempengaruhi Negara lainnya.
2.      Inflasi dari dalam negeri     
Bersumber dari dalam negeri dapat terjadi karena kegagalan panen, pencetakan uang, ataupun penerapan anggaran defisit
C.    Perhitungan dari indeks harga konsumen ( IHK ) atau consumer price index ( CPI )
Indeks harga konsumen adalah ukuran rata-rata perubahan harga dari suatu paket komoditas (commodity basket) dalam suatu kurun waktu tertentu atau antar waktu atau mengukur biaya pembelian sekelompok barang dan jasa yang dianggap mewakili belanja konsumen dimana IHK mengukur biaya yang langsung dibayar oleh konsumen pada harga eceran. IHK (Indeks Harga Konsumen) atau CPI (Consumer Price Index) adalah sebagai pengukur tingkat Inflasi.[5]
Sedang indeks harga merupakan ukuran statistik yang menyatakan perubahan harga suatu variabel pada suatu waktu ke waktu sebelumnya. Manfaat indeks harga untuk menghitung tingkat inflasi di suatu daerah.
Metode perhitungan indeks harga dijelaskan sebagai berikut :
1.      Metode agregatif sederhana
Rumus perhitungan indeks harga dengan metode agregatif sederhana sebagai berikut :
IA = ∑Pn x 100%
        ∑Po
Keterangan :
IA        = indeks harga agregatif sederhana
∑Pn     = jumlah harga pada tahun yang di amati
∑Po     = jumlah harga pada tahun dasar
Indeks dasar pada metode agregatif sederhana adalah 100.
Berikut contoh dari agregatif sederhana :
No
Nama Barang
Harga


2008
2009
2010
1
Gula putih
4.000
7.000
9.000
2
Minyak goring
3.000
6.000
8.000
3
Beras
4.500
5.000
7.000
Apabila dihitung dengan metode indeks harga agregatif sederhana ( tahun dasar 2009 ), tingkat inflasi tahun 2010 berdasarkan tingkat keparahan adalah…
Jawaban :
Jumlah harga tahun 2008 = 11.500
Jumlah harga tahun 2009 = 18.000
Jumlah harga tahun 2010 = 24.000
IA2010 = ∑P2010 x 100%
    ∑P2009
 = 24.000 x 100%
                18.000
 = 133,33
Indeks dasar metode agregatif sederhana adalah 100  sehingga tingkat inflasinya = 133,33-100 = 33,33%.
2.      Metode agregatif tertimbang  
Metode agregatif dapat dihitung dengan indeks laspeyres dan paasche. Rumus perhitungan kedua indeks tersebut sebagai berikut.
a.       Indeks Laspeyres
IL = ∑Pn x Qo x 100%
  ∑Po x Qo
Keterangan :
IL              = indeks laspeyres
Pn              = harga pada tahun yang diamati
Po              = harga pada tahun dasar
Qn                         = barang pada tahun yang diamati
Qo                         = barang pada tahun dasar
              = jumlah
Contoh dari indeks laspeyres :
Nama Barang
Harga Barang
Jumlah Barang
2009
2010
2009
2010
A
1.000
1.500
100
150
B
1.500
2.000
80
100
C
2.000
2.500
50
70
D
3.000
3.500
60
80
Jawaban :
IL = ∑Pn x Qo x 100%
  ∑Po x Qo
= ∑( 1.500x100 ) + ( 2.000 x 80 ) + ( 2.500 x 50 ) + ( 3.500 x 60 ) x 100%
   ∑( 1.000 x 100 ) + ( 1.500 x 80 ) + ( 2.000 x 50 ) + ( 3000 x 60 )
= 150.000 + 160.000 + 125.000 + 210.000 x 100%
   100.000 + 120.000 + 100.000 + 180.000
= 645.000 x 100 %
   500.000
= 129%.            
b.      Indeks Paasche
IP = ∑Pn x Qn x 100%
  ∑Po x Qo
Keterangan :
IP              = indeks paasche
Pn              = harga pada tahun yang diamati
Po              = harga pada tahun dasar
Qn                         = barang pada tahun yang diamati
Qo                         = barang pada tahun dasar
              = jumlah
Sama dengan tabel diatas indeks laspeyres, akan dihitung juga indeks paasche…
IP = ∑Pn x Qn x 100%
  ∑PoQo
= ∑( 1.500 x 150 ) + ( 2.000 x 100 ) + ( 2.500 x 70 ) + ( 3.500 x 80 ) x 100%
   ∑( 1.000 x 100 ) + ( 1.500 x 80 ) + ( 2.000 x 50 ) + ( 3.000 x 60 )
= 225.000 + 200.000 + 175.000 + 280.000 x 100%
   100.000 + 120.000 + 100.000 + 180.000
= 880.000 x 100%
   500.000
= 176%.
D.    Tujuan dari perhitungan IHK atau CPI
1.      Mengetahui perkembangan harga barang dan jasa
2.      Sebagai pedoman untuk menentukan suatu kebijaksanaan yang akan datang, terutama di bidang pembangunan ekonomi.
3.      Sebagai penghitung penyesuaian upah minimum kabupaten.
4.      Mempermudah pemantauan supply dan demand khususnya barang kebutuhan masyarakat yang ada dipasar.[6]
E.     Perhitungan dari inflasi
Perhitungan laju inflasi, laju inflasi merupakan kenaikan atau penurunan inflasi dari periode satu ke periode yang lain atau dari satu tahun ke tahun yang lain. Penghitungan laju inflasi dapat dirumuskan sebagai berikut.
Laju inflasi : IHK – IHK1  x 100%
       IHK1
Keterangan :
IHK           = indeks harga konsumen dalam periode tertentu
IHK1         = indeks harga konsumen pada periode sebelumnya
Contoh, data indeks harga konsumen pada tahun 2012 sebesar 134, pada tahun 2013 mengalami kenaikan menjadi 156. Laju inflasi pada tahun 2013 adalah…
IHK – IHK1  x 100%
IHK1
= 156-134 x 100%
      134
= 16,42%.
F.     Definisi dari deflasi
Suatu kondisi di mana harga barang dan jasa terus mengalami penurunan dan nilai uang terus mengalami penguatan. Pada kondisi deflasi, penurunan harga barang dilakukan dengan tujuan sebagai berikut.
1.      Untuk menggairahkan produksi, industri, kesempatan kerja, dan meningkatkan nilai uang
2.      Agar barang yang telah diproduksi terjangkau untuk dibeli oleh masyarakat
3.      Membantu para pebisnis dalam memasarkan barangnya dan memperoleh perputaran modal untuk kembali untuk memproduksi barang yang baru
Kondisi inflasi dan deflasi yang tidak terkendali dapat merusak tatanan ekonomi suatu Negara. Oleh karena itu, deflasi yang dimaksud adalah deflasi yang terkendali atau actual deflation (deflasi yang diharapkan ) karena deflasi yang terkendali memberikan banyak keuntungan yang diperoleh, terutama pada kinerja keuangan di berbagai sektor bisnis.[7]
G.    Pengaruh inflasi terhadap investasi
Ketika konsep pertumbuhan ekonomi dirancang dan diaplikasikan, tindakan tersebut selalu berhubungan dengan inflasi. Hal ini disebabkan karena selalu adanya trade off antara inflasi di satu pihak dengan pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja di pihak lain. Tegasnya, jika inflasi diturunkan maka pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja juga akan turun, demikian pula sebaliknya, terjadi sebuah keseimbangan antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi serta kesempatan kerja.
Dari segi makro, laju pertumbuhan kesempatan kerja dapat memengaruhi laju pertumbuhan ekonomi. Artinya, hubungan antara laju pertumbuhan ekonomi dan laju pertumbuhan kesempatan kerja dapat dijelaskan melalui elastisitas kesempatan kerja. Elastisitas kesempatan kerja yang semakin tinggi mengindikasikan setiap laju pertumbuhan ekonomi mampu menciptakan kesempatan kerja yang lebih luas.
Bagi kalangan investor sangat penting untuk menurunkan inflasi karena peningkatan inflasi secara relatif merupakan sinyal negatif bagi investor di pasar modal. Secara spesifik inflasi dapat menngkatkan pendapatan dan biaya bagi perusahaan, yaitu jika peningkatan biaya produksi lebih tinggi dari harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan maka profitabilitas perusahaan akan turun. Profitabilitas disini yang dimaksud adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan pendapatan bersih.
Inflasi berhubungan dengan suku bunga. Jika inflasi semakin tinggi tanpa diimbangi oleh kenaikan suku bunga maka keuntungan investasi, terutama di pasar uang, menjadi tidak menarik lagi sehingga dapat menyebabkan lemahnya nilai tukar. Pihak yang paling berpengaruh dan berwenang dalam mengendalikan tingkat bunga adalah bank sentral. Bank sentral harus melakukan kehati-hatian ( prudential principle ) dalam pengambilan setiap kebijakan yang dapat memengaruhi pasar.[8]  



            PENUTUP
A.       Kesimpulan
inflasi merupakan kenaikan tingkat harga secara umum dari barang atau komoditas dan jasa selama suatu periode waktu tertentu. Di lihat dari keparahannya Inflasi ada Moderat Inflation, Galloping Inflation, Hyper Inflatio, Dilihat dari penyebabnya ada Policy Induced, Cost Push Inflation, Demand Pull Inflation, Inertial Inflation, dan dilihat dari sumbernya ada Inflasi dari luar negeri, Inflasi dari dalam negeri. Sedang IHK (Indeks Harga Konsumen) atau CPI (Consumer Price Index) adalah sebagai pengukur tingkat Inflasi.
Deflasi merupakan suatu kondisi di mana harga barang dan jasa terus mengalami penurunan dan nilai uang terus mengalami penguatan. Bagi kalangan investor sangat penting untuk menurunkan inflasi karena peningkatan inflasi secara relatif merupakan sinyal negatif bagi investor di pasar modal. Inflasi berhubungan dengan suku bunga. Jika inflasi semakin tinggi tanpa diimbangi oleh kenaikan suku bunga maka keuntungan investasi, terutama di pasar uang, menjadi tidak menarik lagi sehingga dapat menyebabkan lemahnya nilai tukar.   


[1] Adiwaran A Karim, Ekonomi Makro Islami, Cet ke-7, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2014, Hlm. 135.
[2] Nurul Huda, Ekonomi Makro Islam : Pendekatan Teoritis, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2008, Hlm. 175-176.
[3]Adiwaran A Karim, Cet ke-7, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2014, Hlm. 137-138. 
[4]Nurul Huda, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2008, Hlm. 176-177.
[5] Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2010, Hlm. 136.
[7] Irham Fahmi, Manajemen Investasi : Teori dan Soal Jawab, Jakarta : Salemba Empat, 2015, Hlm.69-70.
[8] Ibid., Hlm. 71-74.