PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
produksi nasional yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
Secara umum penyebab Inflasi terjadi karena adanya tekanan dari sisi permintaan
(Deman Pull Inflation) maupun dari sisi penawaran (Cost Pull
Inflation). Dari sisi permintaan Menurut teori moneter, ekses
permintaan ini disebabkan terlalu banyaknya uang beredar di masyarakat,
sedangkan jumlah barang di pasar sedikit. Dari sisi penawaran (Cost Pull Inflation),
inflasi yang disebabkan oleh kenaikan biaya produksi. Adanya
kenaikan biaya produksi, asumsi dengan modal yang sama, maka jumlah produk yang
dihasilkan Inflasi
merupakan fenomena ekonomi yang sangat ditakuti oleh semua negara di dunia,
termasuk Indonesia.
Telah kita
ketahui bahwa disetiap Negara terutama Negara Indonesia, Inflasi tersebut
sangat berpengaruh pada kegiatan ekonomi yang lainnya seperti pada Investasi.
Perlu anda ketahui bahwa adanya inflasi yang tinggi atau kelebihan keadaan
tersebut membuat pengaruh buruk terhadap para investor saham pada setiap
perusahaan. Oleh karena itu dalam makalah ini akan menjelaskan pengaruh inflasi
terhadap investasi ataupun konsep inflasi dan Investasi itu sendiri.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian inflasi?
2. Berapa
pembagian dari inflasi?
3. Bagaimana
perhitungan dari indeks harga konsumen ( IHK ) atau consumer price index ( CPI
) ?
4. Bagaimana
tujuan dari perhitungan IHK atau CPI?
5. Bagaimana
perhitungan dari inflasi?
6. Apa
definisi dari deflasi?
7. Bagaimana
pengaruh inflasi terhadap investasi?
PEMBAHASAN
A. Pengertian
inflasi
Secara
umum inflasi berarti kenaikan tingkat harga secara umum dari barang atau
komoditas dan jasa selama suatu periode waktu tertentu. Inflasi dapat dianggap
sebagai fenomena moneter karena terjadinya penurunan nilai unit perhitungan moneter
terhadap suatu komoditas. Definisi inflasi oleh para ekonom modern adalah
kenaikan yang menyeluruh dari jumlah uang yang harus dibayarkan ( nilai unit
perhitungan moneter ) terhadap barang-barang atau komoditas dan jasa.
Sebaliknya, jika yang terjadi adalah penurunan nilai unit perhitungan moneter
terhadap barang-barang atau komoditas dan jasa yang didefinisikan sebagai
deflasi ( deflation )[1].
Dalam
banyak literatur disebutkan bahwa inflasi didefinisikan sebagai kenaikan harga
umum secara terus menerus dari suatu perekonomian. Sedangkan menurut Rahardja dan
Manurung ( 2004 : 155 ) mengatakan bahwa, inflasi adalah gejala kenaikan harga
barang-barang yang bersifat umum dan terus menerus. Sedangkan menurut Sukirno (
2004 : 333 ), inflasi yaitu, kenaikan dalam harga barang dan jasa, yang terjadi
karena permintaan bertambah lebih besar dibandingkan dengan penawaran barang di
pasar. Dengan kata lain, terlalu banyak uang yang memburu barang yang terlalu
sedikit. Inflasi biasanya menunjuk pada harga-harga konsumen, tapi bisa juga
menggunakan harga-harga lain ( harga perdagangan besar, upah, harga, asset dan
sebagainya ). Biasanya diekspresikan
sebagai persentase perubahan angka indeks. Tingkat harga yang melambung sampai
100% atau lebih dalam setahun ( hiperinflasi ), menyebabkan hilangnya
kepercayaan masyarakat terhadap mata uang, sehingga masyarakat cenderung
menyimpan aktiva mereka dalam bentuk lain, seperti real estate atau emas, yang
biasanya bertahan nilainya di masa-masa inflasi. Inflasi tidak terlalu
berbahaya apabila bisa diprediksikan, karena setiap orang akan mempertimbangkan
prospek harga yang lebih tinggi di masa yang akan datang dalam pengambilan keputusan.
Di dalam kenyataannya, inflasi tidak bisa diprediksikan, berarti orang-orang
sering kali dikagetkan dengan kenaikan harga. Hal ini mengurangi efisiensi
ekonomi karena orang akan mengambil resiko yang lebih sedikit untuk
meminimalkan peluang kerugian akibat kejutan harga. Semakin cepat kenaikan
inflasi, semakin sulit untuk memprediksi inflasi di masa yang akan datang.[2]
B. Pembagian
dari inflasi
Inflasi
dapat digolongkan menurut tingkat keparahannya, yaitu sebagai berikut:
1. Moderat
Inflation : karakteristiknya adalah kenaikan
tingkat harga yang lambat. Umumnya disebut sebagai “inflasi laju digit”. Pada
tingkat inflasi seperti ini orang-orang masih mau untuk memegang uang dan
menyimpan kekayaannya dalam bentuk uang dari pada dalam bentuk asset riil.
2. Galloping
Inflation : inflasi tingkat ini terjadi pada
tingkatan 20% sampai dengan 200% per tahun. Pada tingkatan inflasi seperti ini
orang hanya mau memegang uang seperlunya saja, sedangkan kekayaan disimpan
dalam bentuk asset-aset riil.
3. Hyper
Inflation : inflasi jenis ini terjadi pada
tingkatan yang sangat tinggi yaitu jutaan sampai trilyunan persen per tahun.[3]
Terdapat berbagai macam jenis
inflasi jika dilihat dari penyebabnya, beberapa kelompok besar dari inflasi
adalah:
1. Policy
Induced, disebabkan oleh kebijakan ekspansi
moneter yang juga bisa merefleksikan difisit anggaran yang berlebihan dan cara
pembiayaannya.
2. Cost
Push Inflation, disebabkan oleh kenaikan
biaya-biaya yang bisa terjadi walaupun pada saat tingkat pengangguran tinggi
dan tingkat penggunaan kapasitas produksi rendah.
3. Demand
Pull Inflation, disebabkan oleh permintaan agregat
yang berlebihan yang mendorong kenaikan tingkat harga umum.
4. Inertial
Inflation, cenderung untuk berlanjut pada tingkat
yang sama sampai kejadian ekonomi yang menyebabkan berubah. Jika inflasi terus
bertahan, dan tingkat ini diantisipasi dalam bentuk kontrak finansial dan upah,
kenaikan inflasi akan terus berlanjut.[4]
Menurut sumbernya inflasi dibagi
menjadi sebagai berikut :
1. Inflasi
dari luar negeri
Karena terjadi
kenaikan harga diluar negeri, dalam Negara bebas banyak Negara yang saling
berhubungan sehingga akan mempengaruhi Negara lainnya.
2. Inflasi
dari dalam negeri
Bersumber dari
dalam negeri dapat terjadi karena kegagalan panen, pencetakan uang, ataupun
penerapan anggaran defisit
C. Perhitungan
dari indeks harga konsumen ( IHK ) atau consumer price index ( CPI )
Indeks harga
konsumen adalah ukuran rata-rata perubahan harga dari suatu paket komoditas (commodity basket) dalam suatu kurun
waktu tertentu atau antar waktu atau mengukur biaya pembelian sekelompok barang
dan jasa yang dianggap mewakili belanja konsumen dimana IHK mengukur biaya yang
langsung dibayar oleh konsumen pada harga eceran. IHK (Indeks Harga Konsumen) atau CPI (Consumer Price Index) adalah
sebagai pengukur tingkat Inflasi.[5]
Sedang
indeks harga merupakan ukuran statistik yang menyatakan perubahan harga suatu
variabel pada suatu waktu ke waktu sebelumnya. Manfaat indeks harga untuk
menghitung tingkat inflasi di suatu daerah.
Metode
perhitungan indeks harga dijelaskan sebagai berikut :
1. Metode
agregatif sederhana
Rumus
perhitungan indeks harga dengan metode agregatif sederhana sebagai berikut :
IA
= ∑Pn x 100%
∑Po
Keterangan :
IA = indeks harga agregatif sederhana
∑Pn = jumlah harga pada tahun yang di amati
∑Po = jumlah harga pada tahun dasar
Indeks dasar
pada metode agregatif sederhana adalah 100.
Berikut contoh
dari agregatif sederhana :
No
|
Nama
Barang
|
Harga
|
||
|
|
2008
|
2009
|
2010
|
1
|
Gula
putih
|
4.000
|
7.000
|
9.000
|
2
|
Minyak
goring
|
3.000
|
6.000
|
8.000
|
3
|
Beras
|
4.500
|
5.000
|
7.000
|
Apabila dihitung
dengan metode indeks harga agregatif sederhana ( tahun dasar 2009 ), tingkat
inflasi tahun 2010 berdasarkan tingkat keparahan adalah…
Jawaban :
Jumlah harga tahun
2008 = 11.500
Jumlah harga
tahun 2009 = 18.000
Jumlah harga
tahun 2010 = 24.000
IA2010
= ∑P2010 x 100%
∑P2009
= 24.000 x 100%
18.000
= 133,33
Indeks dasar
metode agregatif sederhana adalah 100
sehingga tingkat inflasinya = 133,33-100 = 33,33%.
2. Metode
agregatif tertimbang
Metode
agregatif dapat dihitung dengan indeks laspeyres dan paasche. Rumus perhitungan
kedua indeks tersebut sebagai berikut.
a. Indeks
Laspeyres
IL
= ∑Pn x Qo x 100%
∑Po x Qo
Keterangan :
IL = indeks laspeyres
Pn = harga pada tahun yang diamati
Po = harga pada tahun dasar
Qn = barang pada tahun yang
diamati
Qo = barang pada tahun
dasar
∑ = jumlah
Contoh dari
indeks laspeyres :
Nama
Barang
|
Harga
Barang
|
Jumlah
Barang
|
||
2009
|
2010
|
2009
|
2010
|
|
A
|
1.000
|
1.500
|
100
|
150
|
B
|
1.500
|
2.000
|
80
|
100
|
C
|
2.000
|
2.500
|
50
|
70
|
D
|
3.000
|
3.500
|
60
|
80
|
Jawaban :
IL
= ∑Pn x Qo x 100%
∑Po x Qo
=
∑( 1.500x100 ) + ( 2.000 x 80 ) + ( 2.500 x 50 ) + ( 3.500 x 60 ) x 100%
∑( 1.000 x 100 ) + ( 1.500 x 80 ) + ( 2.000
x 50 ) + ( 3000 x 60 )
=
150.000 + 160.000 + 125.000 + 210.000 x 100%
100.000 + 120.000 + 100.000 + 180.000
=
645.000 x 100 %
500.000
=
129%.
b. Indeks
Paasche
IP
= ∑Pn x Qn x 100%
∑Po x Qo
Keterangan :
IP = indeks paasche
Pn = harga pada tahun yang diamati
Po = harga pada tahun dasar
Qn = barang pada tahun yang
diamati
Qo = barang pada tahun
dasar
∑ = jumlah
Sama dengan
tabel diatas indeks laspeyres, akan dihitung juga indeks paasche…
IP
= ∑Pn x Qn x 100%
∑PoQo
=
∑( 1.500 x 150 ) + ( 2.000 x 100 ) + ( 2.500 x 70 ) + ( 3.500 x 80 ) x 100%
∑( 1.000 x 100 ) + ( 1.500 x 80 ) + ( 2.000
x 50 ) + ( 3.000 x 60 )
=
225.000 + 200.000 + 175.000 + 280.000 x 100%
100.000 + 120.000 + 100.000 + 180.000
=
880.000 x 100%
500.000
=
176%.
D. Tujuan
dari perhitungan IHK atau CPI
1. Mengetahui perkembangan harga barang
dan jasa
2. Sebagai pedoman untuk menentukan
suatu kebijaksanaan yang akan datang, terutama di bidang pembangunan ekonomi.
3. Sebagai penghitung penyesuaian upah
minimum kabupaten.
4. Mempermudah pemantauan supply dan demand khususnya barang kebutuhan masyarakat yang ada dipasar.[6]
E. Perhitungan
dari inflasi
Perhitungan
laju inflasi, laju inflasi merupakan kenaikan atau penurunan inflasi dari periode
satu ke periode yang lain atau dari satu tahun ke tahun yang lain. Penghitungan
laju inflasi dapat dirumuskan sebagai berikut.
Laju
inflasi : IHK – IHK1 x 100%
IHK1
Keterangan :
IHK = indeks harga konsumen dalam periode
tertentu
IHK1 = indeks harga konsumen pada periode
sebelumnya
Contoh, data
indeks harga konsumen pada tahun 2012 sebesar 134, pada tahun 2013 mengalami
kenaikan menjadi 156. Laju inflasi pada tahun 2013 adalah…
IHK
– IHK1 x 100%
IHK1
=
156-134 x 100%
134
=
16,42%.
F. Definisi
dari deflasi
Suatu
kondisi di mana harga barang dan jasa terus mengalami penurunan dan nilai uang
terus mengalami penguatan. Pada kondisi deflasi, penurunan harga barang
dilakukan dengan tujuan sebagai berikut.
1. Untuk
menggairahkan produksi, industri, kesempatan kerja, dan meningkatkan nilai uang
2. Agar
barang yang telah diproduksi terjangkau untuk dibeli oleh masyarakat
3. Membantu
para pebisnis dalam memasarkan barangnya dan memperoleh perputaran modal untuk
kembali untuk memproduksi barang yang baru
Kondisi inflasi dan deflasi yang
tidak terkendali dapat merusak tatanan ekonomi suatu Negara. Oleh karena itu,
deflasi yang dimaksud adalah deflasi yang terkendali atau actual deflation
(deflasi yang diharapkan ) karena deflasi yang terkendali memberikan banyak
keuntungan yang diperoleh, terutama pada kinerja keuangan di berbagai sektor
bisnis.[7]
G. Pengaruh
inflasi terhadap investasi
Ketika
konsep pertumbuhan ekonomi dirancang dan diaplikasikan, tindakan tersebut
selalu berhubungan dengan inflasi. Hal ini disebabkan karena selalu adanya
trade off antara inflasi di satu pihak dengan pertumbuhan ekonomi dan
kesempatan kerja di pihak lain. Tegasnya, jika inflasi diturunkan maka
pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja juga akan turun, demikian pula sebaliknya,
terjadi sebuah keseimbangan antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi serta
kesempatan kerja.
Dari
segi makro, laju pertumbuhan kesempatan kerja dapat memengaruhi laju
pertumbuhan ekonomi. Artinya, hubungan antara laju pertumbuhan ekonomi dan laju
pertumbuhan kesempatan kerja dapat dijelaskan melalui elastisitas kesempatan
kerja. Elastisitas kesempatan kerja yang semakin tinggi mengindikasikan setiap
laju pertumbuhan ekonomi mampu menciptakan kesempatan kerja yang lebih luas.
Bagi
kalangan investor sangat penting untuk menurunkan inflasi karena peningkatan
inflasi secara relatif merupakan sinyal negatif bagi investor di pasar modal.
Secara spesifik inflasi dapat menngkatkan pendapatan dan biaya bagi perusahaan,
yaitu jika peningkatan biaya produksi lebih tinggi dari harga yang dapat
dinikmati oleh perusahaan maka profitabilitas perusahaan akan turun.
Profitabilitas disini yang dimaksud adalah kemampuan suatu perusahaan untuk
menghasilkan pendapatan bersih.
Inflasi
berhubungan dengan suku bunga. Jika inflasi semakin tinggi tanpa diimbangi oleh
kenaikan suku bunga maka keuntungan investasi, terutama di pasar uang, menjadi
tidak menarik lagi sehingga dapat menyebabkan lemahnya nilai tukar. Pihak yang
paling berpengaruh dan berwenang dalam mengendalikan tingkat bunga adalah bank
sentral. Bank sentral harus melakukan kehati-hatian ( prudential principle )
dalam pengambilan setiap kebijakan yang dapat memengaruhi pasar.[8]
PENUTUP
A. Kesimpulan
inflasi
merupakan kenaikan tingkat harga secara umum dari barang atau komoditas dan
jasa selama suatu periode waktu tertentu. Di lihat dari keparahannya Inflasi
ada Moderat Inflation, Galloping Inflation, Hyper Inflatio, Dilihat dari
penyebabnya ada Policy Induced, Cost Push Inflation, Demand
Pull Inflation, Inertial Inflation, dan dilihat dari sumbernya ada Inflasi
dari luar negeri, Inflasi dari dalam negeri. Sedang IHK (Indeks Harga Konsumen)
atau CPI (Consumer Price Index) adalah sebagai pengukur tingkat Inflasi.
Deflasi
merupakan suatu kondisi di mana harga barang dan jasa terus mengalami penurunan
dan nilai uang terus mengalami penguatan. Bagi kalangan investor sangat penting
untuk menurunkan inflasi karena peningkatan inflasi secara relatif merupakan
sinyal negatif bagi investor di pasar modal. Inflasi berhubungan dengan suku
bunga. Jika inflasi semakin tinggi tanpa diimbangi oleh kenaikan suku bunga
maka keuntungan investasi, terutama di pasar uang, menjadi tidak menarik lagi
sehingga dapat menyebabkan lemahnya nilai tukar.
[1] Adiwaran A Karim, Ekonomi
Makro Islami, Cet ke-7, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2014, Hlm. 135.
[2] Nurul Huda, Ekonomi
Makro Islam : Pendekatan Teoritis, Jakarta : Kencana Prenada Media Group,
2008, Hlm. 175-176.
[3]Adiwaran
A Karim, Cet ke-7, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2014, Hlm. 137-138.
[6] http://economicwatcher.blogspot.co.id/2012/09/indeks-harga-konsumen-pembahasan-dan.html
(Diakses 23:41 11/03/2016).
[7] Irham Fahmi, Manajemen Investasi : Teori dan Soal Jawab,
Jakarta : Salemba Empat, 2015, Hlm.69-70.
[8] Ibid.,
Hlm. 71-74.