Studi Ekonomi - Dengan menyebut asma Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, segala puji bagi-Nya yang menciptakan alam semesta ini beserta isinya, atas segala nikmat dan karunia-Nya, kemudahan serta petunjuk-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini untuk tugas Ekonomi Mikro Islam. Sholawat beserta salam semoga selalu terlimpahkan kepada nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya kepada jalan yang benar.
Daftar Isi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
1. Pengertian dan fungsi produksi
2. Analisis biaya
3. Garis biaya produksi ( Isocost )
4. Produksi dalam pandangan Islam
5. Teori biaya produksi
FOOTNOTE
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
1. Pengertian dan fungsi produksi
2. Analisis biaya
3. Garis biaya produksi ( Isocost )
4. Produksi dalam pandangan Islam
5. Teori biaya produksi
FOOTNOTE
Makalah yang berjudul TEORI BIAYA PRODUKSI ini disusun untuk memenuhi tugas Ekonomi Mikro Islam yang berisi tentang fungsi produksi, analisis biaya, garis biaya produksi ( isocost ) dan perusahaan sudut pandang teori ekonomi.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang pertama kepada orang tua yang telah mendidik sejak kecil hingga sekarang, yang selalu memberi dukungan dan doanya.Yang kedua terima kasih kepada bapak Muchlis selaku pembimbing dalam perkuliahan ini dan juga telah memberikan arahan serta berbagai ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat.Dan tak lupa, terima kasih pada pihak institut yang telah mengizinkan saya untuk meminjam buku yang ada di perpustakaan.
Penulis menyadari bahwa pada penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan bapak pembimbing, sehingga makalah ini dapat penulis selesaikan.Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Muchlis yang telah bersedia memberikan bimbingan dan memberikan banyak ilmu pengetahuan.
Akhirnya disini saya sebagai penulis ucapkan mohon maaf karena penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan Karena masih minimnya cakrawala pengetahuan yang kami miliki.Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis butuhkan guna memperbaiki makalah ini.Semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca yang budiman.
PENDAHULUAN
Hal tersebut tidak berlaku dalam Islam, sebab Islam tidak mengenal pembedaan antara ilmu agama dan duniawi. Hal ini, terbukti bahwa pada masa kegelapan ( dark ages ) yang terjadi di eropa, justru terjadi masa keemasan dan kejayaan Islam. Di mana terjadi pembaruan dan perkembangan pemikiran oleh para ilmuwan muslim, bahkan menjadi dasar landasan pengembangan keilmuan pada saat ini, seperti ilmu aljabar.
Dalam literatur konvensional, teori produksi ditujukan untuk memberikan pemahaman tentang perilaku perusahaan dalam membeli dan menggunakan masukan ( input ) untuk produksi dan menjual keluaran atau produk. Seperti halnya dalam teori konsumsi, dalam teori produksi juga memberikan penjelasan tentang perilaku produsen dalam memaksimalkan keuntungannya maupun mengoptimalkan efisiensi produksinya. Memaksimalkan keuntungan atau efisiensi produk tidak akan terlepas dari dua hal : yakni struktur biaya produksi dan revenue yang didapat. Sehingga untuk memberikan pemahaman yang lebih dan dapat juga untuk membedakan konsep syariah dan implikasinya dalam teori produksi, maka saya juga akan membahas tentang dampak pemberlakuan sistem bunga atau revenue sharing ataupun profit sharing terhadap struktur biaya atau revenue. Sedang dalam kenyataannya, sering kali seorang produsen beroperasi dari berbagai macam sumber modal, ada yang berasal dari qard ( pinjaman tanpa kompensasi, syirkah ( sebagian menggunakan modal dari pihak lain ), ada yang berasal dari pinjaman bank yang berbasis bunga, dan lain-lain. Tentunya pembahasan teori produksi tanpa memerhatikan struktur permodalan dan struktur keluaran menjadikan teori ini kurang relevan dengan kenyataan.
Ekonomi Islam yang cukup concern dengan teori produksi adalah Imam Al-Ghazali. Beliau telah menguraikan faktor-faktor produksi dan fungsi produksi dalam kehidupan manusia. Dalam uraiannya beliau sering menggunakan kata kasab dan islah. Yang berarti usaha fisik yang dikerahkan manusia dan yang kedua adalah upaya manusia untuk mengelola dan mengubah sumber-sumber daya yang tersedia agar mempunyai manfaat yang lebih tinggi. Al-Ghazali memberikan perhatian yang cukup besar ketika menggambarkan bermacam ragam aktivitas produksi dalam masyarakat, termasuk hierarki dan hakikatnya. Ia mengklasifikasi aktivitas produksi menurut kepentingan sosialnya dan menitikberatkan perlunya kerja sama dan koordinasi. Fokus utamanya adalah tentang jenis aktivitas yang sesuai dengan dasar-dasar etos kerja Islam. Produksi barang-barang kebutuhan dasar secara khusus dipandang sebagai kewajiban social ( fard al kifayah ).Jika sekelompok orang sudah berkecimpung dalam memproduksi barang-barang tersebut dalam jumlah yang sudah mencukupi kebutuhan masyarakat, maka kewajiban keseluruhan masyarakat sudah terpenuhi. Namun, jika tidak ada seorang pun yang melibatkan diri dalam kegiatan tersebut atau jika jumlah yang diproduksi tidak mencukupi, maka semua orang akan dimintai pertanggung jawabannya di akhirat. Pada pokoknya, negara harus bertanggung jawab dalam menjamin bahwa barang-barang kebutuhan pokok diproduksi dalam jumlah yang cukup. Al-Ghazali beralasan bahwa sesungguhnya ketidakseimbangan yang menyangkut barang-barang kebutuhan pokok akan cenderung menciptakan kondisi kerusakan dalam masyarakat.
Sedangkan tujuan pokok dari teori produksi sendiri adalah memaksimumkan kepuasan dalam rangka mendistribusikan tingkat keuntungan wajar, untuk memuaskan pemilik serta menjaga kelangsungan usaha dan menjalankan usaha yang bersamaan yaitu mengatur penggunaan faktor produksidengan cara seefisien mungkin sehingga “ usaha memaksimumkan keuntungan dapat dicapai dengan cara yang dari sudut ekonomi dipandang dengan cara yang paling efisien “.
2. Analisis biaya
3. Garis biaya produksi ( Isocost )
4. Produksi dalam pandangan Islam
5. Teori biaya produksi
Sesungguhnya produksi lahir dan tumbuh dari menyatunya manusia dengan alam. Maka untuk menyatukan manusia dengan alam ini, Allah telah menetapkan bahwa manusia berperan sebagai khalifah. Tanggung jawab manusia sebagai khalifah adalah mengelola resources yang telah disediakan oleh Allah secara efisien dan optimal agar kesejahteraan dan keadilan dapat ditegakkan. Satu yang tidak boleh dan harus dihindari oleh manusia adalah berbuat kerusakan di muka bumi. Dengan demikian, segala macam kegiatan ekonomi yang diajukan untuk mencari keuntungan tanpa berakibat pada peningkatan utility atau nilai guna resources tidak disukai dalam Islam. Nilai universal lain dalam ekonomi Islam tentang produksi adalah adanya perintah untuk mencari sumber-sumber yang halal dan baik bagi produksi dan memproduksi dan memanfaatkan output produksi pada jalan kebaikan dan tidak menzalimi pihak lain. Dengan demikian, penentuan input dan output dari produksi haruslah sesuai dengan hukum Islam dan tidak mengarahkan kepada kerusakan.
Untuk dapat memahami lebih jauh tentang teori produksi ini, pertama yang harus kita ketahui adalah definisi dan makna dari fungsi produksi. Fungsi produksi adalah pernyataan secara numeric atau matematis dari hubungan antara masukan dan keluaran. Sedang fungsi produksi menunjukkan unit total dari produk sebagai fungsi dari unit masukan. Fungsi produksi juga menggambarkan hubungan antara jumlah input dan output ( yang berupa barang ataupun jasa ) yang dapat dihasilkan dalam satu waktu periode.A production function describes the relationship between the quantity of output obtainable per period of time.[3]
Q = f (X1, X2, X3,…., Xn)
Dimana Q = tingkat produksi output
X1,X2, X3,… Xn = berbagai input yang digunakan
Dalam beberapa buku teks input/ factor produksi ini dapat ditulis:
Q= f (K,L R, T)
Q= tingkat produksi
K= modal
L= tenaga kerja
R= kekayaan alam
T= teknologi
Maksud dari persamaan di atas merupakan suatu pernyataan sistematis yang pada dasarnya berarti bahwa tingkat produksi suatu barang tergantung kepada jumlah modal, tenaga kerja, kekayaan alam, dan tingkat teknologi yang digunakan. Jumlah produksi yang berbeda-beda dengan sendirinya akan memerlukan berbagai faktor produksi tersebut dalam jumlah yang berbeda-beda juga. Disamping itu, untuk satu tingkat produksi tertentu dapat pula digunakan gabungan faktor produksi yang berbeda. Dengan membandingkan berbagai gabungan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan sejumlah barang tertentu dapatlah ditentukan gabungan faktor produksi yang paling ekonomis untuk memproduksi sajumlah barang.[4]
Dampak Sistem Bunga Vs Bagi Hasil dalam Analisis Biaya
Karakteristik dari sistem bunga dalam analisis biaya produksi adalah adanya biaya bunga yang harus dibayarkan oleh produsen bersifat tetap. Sehingga biaya bunga akan menjadi bagian dari fixed cost, dengan kata lain, berapapun jumlah output yang diproduksi bunga tetap harus dibayar tapi dengan menggunakan sistem bagi hasil hal ini tidak terjadi. Berbeda dengan sistem bunga, pada system bagi hasil, kurva fixed cost tidak terpengaruh, tetapi pemberlakuan system ini akan berpengaruh pada kurva TR ( tatal revenue ). Jadi bila dalam system bunga yang berubah adalah kurva TC yaitu kurva TC akan bergeser paralel ke kiri atas, sedang dalam sistem bagi hasil yang berubah adalah kurva TR akan berputar ke arah jarum jam dengan titik 0 sebagai sumbu putarannya.
Revenue Sharing Vs Profit Sharing
Dalam akad muamalat Islam dikenal akad mudharabah, yaitu akad antara si pemodal dengan si pelakana. Antara si pemodal dengan si pelaksana harus disepakati nisbah bagi hasil yang akan menjadi pedoman pembagian bila usaha tersebut menghasilkan untung. Namun, bila usaha tersebut malah menimbulkan kerugian, maka si pemodal yang akan menanggung sesuai dengan penyertaan modalnya, dalam hal ini 100%. Akan tetapi, bila kerugian tersebut disebabkan karena kelalaian atau ia telah melanggar syarat yang telah disepakati bersama, maka kerugian menjadi tanggung jawab si pelaksana.
Selain menyepakati nisbah bagi hasil, mereka juga harus menyepakati siapa yang akan menanggung biaya. Dapat saja disepakati bahwa biaya ditanggung oleh si pelaksana atau ditanggung oleh si pemodal. Bila yang disepakati adalah biaya ditanggung oleh si pelaksana, ini berarti yang dilakukan adalah bagi penerimaan ( revenue sharing ). Sedangkan bila yang disepakati adalah biaya ditanggung oleh si pemodal, ini berarti yang dilakukan adalah bagi untung ( profit sharing ).
Dalam muamalat Islam, sebenarnya akad mudharabah merupakan salah satu bentuk dari akad musyarakah. Bila dalam akad mudharabah ditentukan bahwa penyertaan si pelaksana harus nihil, sehingga penyertaan si pemodal harus 100%, maka dalam akad musyarakah tidak ditentukan seperti itu sehingga yang terjadi adalah penyertaan dari dua orang pemodal. Antara dua orang pemodal ini harus disepakati nisbah bagi hasil yang akan menjadi pedoman pembagian bila usaha tersebut menghasilkan untung. Namun, bila usaha tersebut malah menimbulkan kerugian, maka pemodal yang akan menanggung sesuai penyertaan modalnya.[6]
Dalam teori produksi ini selain ada isocost, ada juga yang dinamakan isoquant. Isoquant adalah kurva yang menggambarkan gabungan Kurva isoquant tenaga kerja dan modal yang akan menghasilkan satu tingkat produksi tertentu. berfungsi untuk menggambarkan gabungan dua faktor produksi yang akan menghasilkan satu tingkat produksi tertentu. Untuk penyederhanaan analisis, diasumsikan faktor produksi terdiri atas dua, yaitu tenaga kerja dan modal.
Dengan penggabungan kedua kurva ini selanjutnya dapat dijelaskan hal-hal berikut:
1. Apabiloa jumlah pengeluaran untuk membiayai produksi sudah ditentukan, keadaan yang bagaimanakah yang akan memaksimumkan produksi?
2. Apabila jumlah produksi yang ingin dicapai telah ditentukan, keadaan yang bagaimanakah yang meminimumkan biaya?
Memaksimumkan Produksi
Untuk hal yang pertama, dimisalkan biaya yang dibelanjakan untuk membeli per unit modal adalah Rp 15.000, dan upah tenaga kerja per unit adalah Rp 10.000, dan jumlah biaya produksi maksimum yang disediakan oleh produsen adalah Rp 300.000. dengan uang sebanyak Rp 300.000 produsen dapat sekiranya membeli satu jenis faktor produksi saja, memperoleh 20 unit modal atau 30 tenaga kerja. Garis isocost TC menggambarkan kombinasi tenaga kerja dan modal yang dapat diperoleh dengan menggunakan uang yang tersedia. Kombinasi titik yang paling optimum bagi perusahaan adalah menggunakan 12 modal dan 12 tenaga kerja yaitu pada titik C, di mana di titik inilah terjadi persinggungan antara kurva isoquant dan garis isocost.[8]
Meminimumkan Biaya
"Dan dia menundukkan untkmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat ) dari pada-Nya sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda ( kekuasaan Allah ) bagi kaum yang berpikir. ( Qs. al-Jatsiyah: 13 ).
Dengan keyakinan akan peran dan kepemilikan absolut dari Allah Rabb semesta alam, maka konsep produksi di dalam ekonomi Islam tidak semata-mata bermotif memaksimalisasi keuntungan dunia, tetapi lebih penting untuk mencapai maksimalisasi keuntungan akhirat. Ayat 77 surat al-Qashash mengingatkan manusia untuk mencari kesejahteraan akhirat tanpa melupakan urusan dunia. Islam pun sesungguhnya menerima motif-motif berproduksi seperti pola pikir ekonomi konvensional. Hanya bedanya, lebih jauh Islam juga menjelaskan nilai-nilai moral di samping utilitas ekonomi.Bahkan sebelum itu, Islam menjelaskan mengapa produksi harus dilakukan.Menurut ajaran Islam, manusia adalah Khalifatullah atau wakil Allah di muka bumi dan berkewajiban untuk memakmurkan bumi dengan jalan beribadah kepada-Nya. Dalam QS al-An’am ( 6 ) ayat 165 yang artinya:[9]
Dan dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian ( yang lain ) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Pernyataan senada juga terdapat pada QS. Yunus ( 10 ) ayat 14 yang artinya:
"Kemudian kami jadikan kamu pengganti-pengganti ( mereka ) di muka bumi sesudah mereka, supaya kami memerhatikan bagaimana kamu berbuat."
Bagi Islam, memproduksi sesuatu bukanlah sekedar untuk dikonsumsi sendiri atau dijual ke pasar. Dua motivasi itu belum cukup, karena masih terbatas pada fungsi ekonomi.Islam secara khas menekankan bahwa setiap kegiatan produksi harus pula mewujudkan fungsi sosial.Ini tercermin dalam QS.al-Haddid ( 57 ) ayat 7 yang artinya:
"Barimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan ( sebagian ) dari hartanya memperoleh pahala yang besar."
Kita harus melakukan hal ini karena memang dalam sebgian harta kita melekat hak orang miskin, baik yang meminta ataupun tidak meminta.( Qs.51: 19 dan Qs. 70: 25 ). Agar mampu mengemban fungsi sosial seoptimal mungkin, kegiatan produksi harus melampaui surplus untuk mencukupi keperluan konsumtif dan meraih keuntungan finansial, sehingga bisa berkontribusi kehidupan sosial.
Pada prinsipnya Islam juga lebih menekankan berproduksi demi untuk memenuhi kebutuhan orang banyak, bukan hanya sekedar memenuhi segelintir orang yang memiliki uang, sehingga memiliki daya beli yang lebih baik.Karena itu bagi Islam, produksi yang surplus dan berkembang baik secara kuantitatif, tidak dengan sendirinya mengindikasikan kesejahteraan bagi masyarakat.Apalah artinya produk yang menggunung jika hanya bisa didistribusikan untuk segelintir uang yang memiliki uang banyak.Sebagai modal dasar berproduksi, Allah telah menyediakan bumi beserta isinya bagi manusia, untuk diolah bagi kemaslahatan bersama seluruh umat manusia. Hal ini terdapat dalam Surat al-Baqarah ayat 22 yang artinya:[10]
Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan dia menurunkan air ( hujan ) dari langit, lalu dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu, karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.
Biaya Produksi dalam Jangka Panjang
Dalam jangka panjang perusahaan dapat menambah semua faktor produksi atau input yang akan digunakannya. Oleh karena itu, biaya produksi tidak perlu lagi dibedakan antara biaya tetap dan biaya berubah. Di dalam jangka panjang tidak ada biaya tetap, semua jenis biaya yang dikeluarkan merupakan biaya berubah. Ini berarti bahwa perusahaan-perusahaan bukan saja dapat menambah tenaga kerja tetapi juga dapat menambah jumlah mesin dan peralatan produksi lainnya, luas tanah yang digunakan ( terutama dalam kegiatan pertanian ) dan luasnya bangunan / pabrik yang digunakan. Sebagai akibatnya, dalam jangka panjang terdapat banyak kurva jangka pendek yang dapat dilukiskan. Cara meminimumkan biaya dalam jangka panjang, karena dalam jangka panjang perusahaan dapat memperluas kapasitas produksinya, ia harus menentukan besarnya kapasitas pabrik ( plant size ) yang akan meminimumkan biaya produksi. Dalam analisis ekonomi kapasitas pabrik digambarkan oleh kurva biaya total rata-rata ( AC ).[11] Dengan demikian analisis mengenai bagaimana produsen menganalisis kegiatan produksinya dalam usahanya meminimumkan biaya dapat dilakukan dengan memperhatikan kurva AC untuk kapasitas yang berbeda-beda.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem ekonomi dunia yang saat ini bersifat sekuler di mana terjadi dikotomi antara agama dan kehidupan duniawi termasuk di dalamnya aktivitas ekonomi telah mulai terkikis. Terjadinya dikotomi ini terjadi pada masa kegelapan ( dark ages ) yang terjadi di eropa, pada masa tersebut kekuasaan gereja Katolik sangat dominan. Sehingga hal ini menimbulkan pergerakan yang berupaya untuk mengikis kekuasaan gereja yang terlalu besar pada masa itu.Pergerakan inilah yang pada akhirnya memunculkan suatu aliran pemikiran bahwa harus terjadi suatu pembedaan atau pembatasan antara aktivitas agam dan dunia, sebab munculnya pemikiran keilmuan sering kali dianggap bertentangan dengan doktrin gereja pada masa itu.Hal tersebut tidak berlaku dalam Islam, sebab Islam tidak mengenal pembedaan antara ilmu agama dan duniawi. Hal ini, terbukti bahwa pada masa kegelapan ( dark ages ) yang terjadi di eropa, justru terjadi masa keemasan dan kejayaan Islam. Di mana terjadi pembaruan dan perkembangan pemikiran oleh para ilmuwan muslim, bahkan menjadi dasar landasan pengembangan keilmuan pada saat ini, seperti ilmu aljabar.
Dalam literatur konvensional, teori produksi ditujukan untuk memberikan pemahaman tentang perilaku perusahaan dalam membeli dan menggunakan masukan ( input ) untuk produksi dan menjual keluaran atau produk. Seperti halnya dalam teori konsumsi, dalam teori produksi juga memberikan penjelasan tentang perilaku produsen dalam memaksimalkan keuntungannya maupun mengoptimalkan efisiensi produksinya. Memaksimalkan keuntungan atau efisiensi produk tidak akan terlepas dari dua hal : yakni struktur biaya produksi dan revenue yang didapat. Sehingga untuk memberikan pemahaman yang lebih dan dapat juga untuk membedakan konsep syariah dan implikasinya dalam teori produksi, maka saya juga akan membahas tentang dampak pemberlakuan sistem bunga atau revenue sharing ataupun profit sharing terhadap struktur biaya atau revenue. Sedang dalam kenyataannya, sering kali seorang produsen beroperasi dari berbagai macam sumber modal, ada yang berasal dari qard ( pinjaman tanpa kompensasi, syirkah ( sebagian menggunakan modal dari pihak lain ), ada yang berasal dari pinjaman bank yang berbasis bunga, dan lain-lain. Tentunya pembahasan teori produksi tanpa memerhatikan struktur permodalan dan struktur keluaran menjadikan teori ini kurang relevan dengan kenyataan.
Ekonomi Islam yang cukup concern dengan teori produksi adalah Imam Al-Ghazali. Beliau telah menguraikan faktor-faktor produksi dan fungsi produksi dalam kehidupan manusia. Dalam uraiannya beliau sering menggunakan kata kasab dan islah. Yang berarti usaha fisik yang dikerahkan manusia dan yang kedua adalah upaya manusia untuk mengelola dan mengubah sumber-sumber daya yang tersedia agar mempunyai manfaat yang lebih tinggi. Al-Ghazali memberikan perhatian yang cukup besar ketika menggambarkan bermacam ragam aktivitas produksi dalam masyarakat, termasuk hierarki dan hakikatnya. Ia mengklasifikasi aktivitas produksi menurut kepentingan sosialnya dan menitikberatkan perlunya kerja sama dan koordinasi. Fokus utamanya adalah tentang jenis aktivitas yang sesuai dengan dasar-dasar etos kerja Islam. Produksi barang-barang kebutuhan dasar secara khusus dipandang sebagai kewajiban social ( fard al kifayah ).Jika sekelompok orang sudah berkecimpung dalam memproduksi barang-barang tersebut dalam jumlah yang sudah mencukupi kebutuhan masyarakat, maka kewajiban keseluruhan masyarakat sudah terpenuhi. Namun, jika tidak ada seorang pun yang melibatkan diri dalam kegiatan tersebut atau jika jumlah yang diproduksi tidak mencukupi, maka semua orang akan dimintai pertanggung jawabannya di akhirat. Pada pokoknya, negara harus bertanggung jawab dalam menjamin bahwa barang-barang kebutuhan pokok diproduksi dalam jumlah yang cukup. Al-Ghazali beralasan bahwa sesungguhnya ketidakseimbangan yang menyangkut barang-barang kebutuhan pokok akan cenderung menciptakan kondisi kerusakan dalam masyarakat.
B. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ekonomi Mikro Islam yang membahas tentang TEORI BIAYA PRODUKSI.Sedangkan tujuan pokok dari teori produksi sendiri adalah memaksimumkan kepuasan dalam rangka mendistribusikan tingkat keuntungan wajar, untuk memuaskan pemilik serta menjaga kelangsungan usaha dan menjalankan usaha yang bersamaan yaitu mengatur penggunaan faktor produksidengan cara seefisien mungkin sehingga “ usaha memaksimumkan keuntungan dapat dicapai dengan cara yang dari sudut ekonomi dipandang dengan cara yang paling efisien “.
C. Rumusan Masalah
1. Pengertian dan fungsi produksi2. Analisis biaya
3. Garis biaya produksi ( Isocost )
4. Produksi dalam pandangan Islam
5. Teori biaya produksi
PEMBAHASAN
A. Pengertian Produksi dan Fungsi Produksi
Produksi adalah kegiatan yang dilakukan manusia untuk menghasilkan suatu produk baik berupa barang, maupun jasa yang kemudian dimanfaatkan oleh konsumen.[1] Pada saat kebutuhan manusia masih sangat sedikit dan sederhana, kegiatan produksi sering kali dilakukan sendiri.Namun seiring dengan semakin beragamnya kebutuhan dan keterbtasan sumber daya, maka seseorang tidak dapat lagi memproduksi sendiri barang dan jasa yang dibutuhkannya, Sehingga ia membutuhkan pihak lain untuk memproduksi apa yang menjadi kebutuhannya tersebut. Secara teknis produksi dapat diartikan sebagai suatu proses mentransformasi input menjadi output.[2]Sesungguhnya produksi lahir dan tumbuh dari menyatunya manusia dengan alam. Maka untuk menyatukan manusia dengan alam ini, Allah telah menetapkan bahwa manusia berperan sebagai khalifah. Tanggung jawab manusia sebagai khalifah adalah mengelola resources yang telah disediakan oleh Allah secara efisien dan optimal agar kesejahteraan dan keadilan dapat ditegakkan. Satu yang tidak boleh dan harus dihindari oleh manusia adalah berbuat kerusakan di muka bumi. Dengan demikian, segala macam kegiatan ekonomi yang diajukan untuk mencari keuntungan tanpa berakibat pada peningkatan utility atau nilai guna resources tidak disukai dalam Islam. Nilai universal lain dalam ekonomi Islam tentang produksi adalah adanya perintah untuk mencari sumber-sumber yang halal dan baik bagi produksi dan memproduksi dan memanfaatkan output produksi pada jalan kebaikan dan tidak menzalimi pihak lain. Dengan demikian, penentuan input dan output dari produksi haruslah sesuai dengan hukum Islam dan tidak mengarahkan kepada kerusakan.
Untuk dapat memahami lebih jauh tentang teori produksi ini, pertama yang harus kita ketahui adalah definisi dan makna dari fungsi produksi. Fungsi produksi adalah pernyataan secara numeric atau matematis dari hubungan antara masukan dan keluaran. Sedang fungsi produksi menunjukkan unit total dari produk sebagai fungsi dari unit masukan. Fungsi produksi juga menggambarkan hubungan antara jumlah input dan output ( yang berupa barang ataupun jasa ) yang dapat dihasilkan dalam satu waktu periode.A production function describes the relationship between the quantity of output obtainable per period of time.[3]
Q = f (X1, X2, X3,…., Xn)
Dimana Q = tingkat produksi output
X1,X2, X3,… Xn = berbagai input yang digunakan
Dalam beberapa buku teks input/ factor produksi ini dapat ditulis:
Q= f (K,L R, T)
Q= tingkat produksi
K= modal
L= tenaga kerja
R= kekayaan alam
T= teknologi
Maksud dari persamaan di atas merupakan suatu pernyataan sistematis yang pada dasarnya berarti bahwa tingkat produksi suatu barang tergantung kepada jumlah modal, tenaga kerja, kekayaan alam, dan tingkat teknologi yang digunakan. Jumlah produksi yang berbeda-beda dengan sendirinya akan memerlukan berbagai faktor produksi tersebut dalam jumlah yang berbeda-beda juga. Disamping itu, untuk satu tingkat produksi tertentu dapat pula digunakan gabungan faktor produksi yang berbeda. Dengan membandingkan berbagai gabungan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan sejumlah barang tertentu dapatlah ditentukan gabungan faktor produksi yang paling ekonomis untuk memproduksi sajumlah barang.[4]
B. Analisis Biaya
Dalam pembahasan analisis biaya ini, faktor penggunaan modal sangat menjadi perhatian karena dalam kenyataan ada beberapa sumber modal yang digunakan oleh produsen.sedangkan karakter dari biaya modal sangat tergantung dari sumber penggunaan modal tersebut. Seperti penggunaan sumber modal yang berbasis bunga tentu berbeda dengan sumber modal yang berbasis syirkah atau qardun hasan.[5]Dampak Sistem Bunga Vs Bagi Hasil dalam Analisis Biaya
Karakteristik dari sistem bunga dalam analisis biaya produksi adalah adanya biaya bunga yang harus dibayarkan oleh produsen bersifat tetap. Sehingga biaya bunga akan menjadi bagian dari fixed cost, dengan kata lain, berapapun jumlah output yang diproduksi bunga tetap harus dibayar tapi dengan menggunakan sistem bagi hasil hal ini tidak terjadi. Berbeda dengan sistem bunga, pada system bagi hasil, kurva fixed cost tidak terpengaruh, tetapi pemberlakuan system ini akan berpengaruh pada kurva TR ( tatal revenue ). Jadi bila dalam system bunga yang berubah adalah kurva TC yaitu kurva TC akan bergeser paralel ke kiri atas, sedang dalam sistem bagi hasil yang berubah adalah kurva TR akan berputar ke arah jarum jam dengan titik 0 sebagai sumbu putarannya.
Revenue Sharing Vs Profit Sharing
Dalam akad muamalat Islam dikenal akad mudharabah, yaitu akad antara si pemodal dengan si pelakana. Antara si pemodal dengan si pelaksana harus disepakati nisbah bagi hasil yang akan menjadi pedoman pembagian bila usaha tersebut menghasilkan untung. Namun, bila usaha tersebut malah menimbulkan kerugian, maka si pemodal yang akan menanggung sesuai dengan penyertaan modalnya, dalam hal ini 100%. Akan tetapi, bila kerugian tersebut disebabkan karena kelalaian atau ia telah melanggar syarat yang telah disepakati bersama, maka kerugian menjadi tanggung jawab si pelaksana.
Selain menyepakati nisbah bagi hasil, mereka juga harus menyepakati siapa yang akan menanggung biaya. Dapat saja disepakati bahwa biaya ditanggung oleh si pelaksana atau ditanggung oleh si pemodal. Bila yang disepakati adalah biaya ditanggung oleh si pelaksana, ini berarti yang dilakukan adalah bagi penerimaan ( revenue sharing ). Sedangkan bila yang disepakati adalah biaya ditanggung oleh si pemodal, ini berarti yang dilakukan adalah bagi untung ( profit sharing ).
Dalam muamalat Islam, sebenarnya akad mudharabah merupakan salah satu bentuk dari akad musyarakah. Bila dalam akad mudharabah ditentukan bahwa penyertaan si pelaksana harus nihil, sehingga penyertaan si pemodal harus 100%, maka dalam akad musyarakah tidak ditentukan seperti itu sehingga yang terjadi adalah penyertaan dari dua orang pemodal. Antara dua orang pemodal ini harus disepakati nisbah bagi hasil yang akan menjadi pedoman pembagian bila usaha tersebut menghasilkan untung. Namun, bila usaha tersebut malah menimbulkan kerugian, maka pemodal yang akan menanggung sesuai penyertaan modalnya.[6]
C. Garis Biaya Produksi ( Isocost )
Dalam rangka efisiensi dan memaksimumkan keuntungan yang ingin didapat, maka perusahaan harus mampu meminimumkan biaya produksi.Untuk membuat suatu analisis mengenai peminimuman biaya produksi perlu dibuat suatu garis biaya yang biasa dikenal sebagai isocost.[7]Garis ini menggambarkan gabungan factor produksi yang dapat diperoleh dengan menggunakan sejumlah biaya tertentu. Untuk dapat membuat garis biaya sama data diperlukan : ( a ) harga faktor-faktor produksi yang digunakan, ( b ) jumlah uang yang tersedia untuk membeli faktor-faktor produksi.Sedangkan yang dimaksud dengan isocost adalah garis yang menggambarkan gabungan faktor produksi yang dapat diperoleh dengan menggunakan sejumlah biaya tertentu.Dalam teori produksi ini selain ada isocost, ada juga yang dinamakan isoquant. Isoquant adalah kurva yang menggambarkan gabungan Kurva isoquant tenaga kerja dan modal yang akan menghasilkan satu tingkat produksi tertentu. berfungsi untuk menggambarkan gabungan dua faktor produksi yang akan menghasilkan satu tingkat produksi tertentu. Untuk penyederhanaan analisis, diasumsikan faktor produksi terdiri atas dua, yaitu tenaga kerja dan modal.
Dengan penggabungan kedua kurva ini selanjutnya dapat dijelaskan hal-hal berikut:
1. Apabiloa jumlah pengeluaran untuk membiayai produksi sudah ditentukan, keadaan yang bagaimanakah yang akan memaksimumkan produksi?
2. Apabila jumlah produksi yang ingin dicapai telah ditentukan, keadaan yang bagaimanakah yang meminimumkan biaya?
Memaksimumkan Produksi
Untuk hal yang pertama, dimisalkan biaya yang dibelanjakan untuk membeli per unit modal adalah Rp 15.000, dan upah tenaga kerja per unit adalah Rp 10.000, dan jumlah biaya produksi maksimum yang disediakan oleh produsen adalah Rp 300.000. dengan uang sebanyak Rp 300.000 produsen dapat sekiranya membeli satu jenis faktor produksi saja, memperoleh 20 unit modal atau 30 tenaga kerja. Garis isocost TC menggambarkan kombinasi tenaga kerja dan modal yang dapat diperoleh dengan menggunakan uang yang tersedia. Kombinasi titik yang paling optimum bagi perusahaan adalah menggunakan 12 modal dan 12 tenaga kerja yaitu pada titik C, di mana di titik inilah terjadi persinggungan antara kurva isoquant dan garis isocost.[8]
Meminimumkan Biaya
D. Produksi dalam Pandangan Islam
Prinsip dasar ekonomi Islam adalah keyakinan kepada Allah SWT. Sebagai Rabb dari alam semesta. Ikrar akan keyakinan ini menjadi pembuka kitab suci umat Islam, dalam ayat al-Jatsiyah yang artinya:"Dan dia menundukkan untkmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat ) dari pada-Nya sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda ( kekuasaan Allah ) bagi kaum yang berpikir. ( Qs. al-Jatsiyah: 13 ).
Dengan keyakinan akan peran dan kepemilikan absolut dari Allah Rabb semesta alam, maka konsep produksi di dalam ekonomi Islam tidak semata-mata bermotif memaksimalisasi keuntungan dunia, tetapi lebih penting untuk mencapai maksimalisasi keuntungan akhirat. Ayat 77 surat al-Qashash mengingatkan manusia untuk mencari kesejahteraan akhirat tanpa melupakan urusan dunia. Islam pun sesungguhnya menerima motif-motif berproduksi seperti pola pikir ekonomi konvensional. Hanya bedanya, lebih jauh Islam juga menjelaskan nilai-nilai moral di samping utilitas ekonomi.Bahkan sebelum itu, Islam menjelaskan mengapa produksi harus dilakukan.Menurut ajaran Islam, manusia adalah Khalifatullah atau wakil Allah di muka bumi dan berkewajiban untuk memakmurkan bumi dengan jalan beribadah kepada-Nya. Dalam QS al-An’am ( 6 ) ayat 165 yang artinya:[9]
Dan dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian ( yang lain ) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Pernyataan senada juga terdapat pada QS. Yunus ( 10 ) ayat 14 yang artinya:
"Kemudian kami jadikan kamu pengganti-pengganti ( mereka ) di muka bumi sesudah mereka, supaya kami memerhatikan bagaimana kamu berbuat."
Bagi Islam, memproduksi sesuatu bukanlah sekedar untuk dikonsumsi sendiri atau dijual ke pasar. Dua motivasi itu belum cukup, karena masih terbatas pada fungsi ekonomi.Islam secara khas menekankan bahwa setiap kegiatan produksi harus pula mewujudkan fungsi sosial.Ini tercermin dalam QS.al-Haddid ( 57 ) ayat 7 yang artinya:
"Barimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan ( sebagian ) dari hartanya memperoleh pahala yang besar."
Kita harus melakukan hal ini karena memang dalam sebgian harta kita melekat hak orang miskin, baik yang meminta ataupun tidak meminta.( Qs.51: 19 dan Qs. 70: 25 ). Agar mampu mengemban fungsi sosial seoptimal mungkin, kegiatan produksi harus melampaui surplus untuk mencukupi keperluan konsumtif dan meraih keuntungan finansial, sehingga bisa berkontribusi kehidupan sosial.
Pada prinsipnya Islam juga lebih menekankan berproduksi demi untuk memenuhi kebutuhan orang banyak, bukan hanya sekedar memenuhi segelintir orang yang memiliki uang, sehingga memiliki daya beli yang lebih baik.Karena itu bagi Islam, produksi yang surplus dan berkembang baik secara kuantitatif, tidak dengan sendirinya mengindikasikan kesejahteraan bagi masyarakat.Apalah artinya produk yang menggunung jika hanya bisa didistribusikan untuk segelintir uang yang memiliki uang banyak.Sebagai modal dasar berproduksi, Allah telah menyediakan bumi beserta isinya bagi manusia, untuk diolah bagi kemaslahatan bersama seluruh umat manusia. Hal ini terdapat dalam Surat al-Baqarah ayat 22 yang artinya:[10]
Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan dia menurunkan air ( hujan ) dari langit, lalu dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu, karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.
E. Teori Biaya Produksi
Biaya Produksi dalam Jangka PendekBiaya Produksi dalam Jangka Panjang
Dalam jangka panjang perusahaan dapat menambah semua faktor produksi atau input yang akan digunakannya. Oleh karena itu, biaya produksi tidak perlu lagi dibedakan antara biaya tetap dan biaya berubah. Di dalam jangka panjang tidak ada biaya tetap, semua jenis biaya yang dikeluarkan merupakan biaya berubah. Ini berarti bahwa perusahaan-perusahaan bukan saja dapat menambah tenaga kerja tetapi juga dapat menambah jumlah mesin dan peralatan produksi lainnya, luas tanah yang digunakan ( terutama dalam kegiatan pertanian ) dan luasnya bangunan / pabrik yang digunakan. Sebagai akibatnya, dalam jangka panjang terdapat banyak kurva jangka pendek yang dapat dilukiskan. Cara meminimumkan biaya dalam jangka panjang, karena dalam jangka panjang perusahaan dapat memperluas kapasitas produksinya, ia harus menentukan besarnya kapasitas pabrik ( plant size ) yang akan meminimumkan biaya produksi. Dalam analisis ekonomi kapasitas pabrik digambarkan oleh kurva biaya total rata-rata ( AC ).[11] Dengan demikian analisis mengenai bagaimana produsen menganalisis kegiatan produksinya dalam usahanya meminimumkan biaya dapat dilakukan dengan memperhatikan kurva AC untuk kapasitas yang berbeda-beda.
[2] Al Arif M. Nur Rianto dan Euis
Amalia. Teori Mikroekonomi, (Jakarta: Kencana, 2010), Hlm. 148
[3]Karim Azwar Ir. Adiwarman. Ekonomi
Mikro Islami, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010), Hlm. 103
[4]Al Arif M. Nur Rianto dan Euis
Amalia. Teori Mikroekonomi, hlm. 168
[5] Karim Azwar Ir. Adiwarman. Ekonomi
Mikro Islami, Hlm. 112
[6] Ibid., Hlm. 118
[7]Prathama Rahardja dan Mandala
manurung. Teori Ekonomi Mikro, Suatu Pengantar, (Jakarta: LPFE-UI,
2004)., Hlm. 122
[8]Al Arif M. Nur Rianto dan Euis
Amalia. Teori Mikroekonomi, Hlm. 177
[9]Nasution Edwin Mustafa. Ekonomi
Islam, ( Jakarta: Kencana, 2006 ), Hlm. 105
[10] Ibid., Hlm. 107
[11] Sukirno Sadono. Mikroekonomi
Teori Pengantar, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2009 ), Hlm. 217
Tidak ada komentar:
Posting Komentar