Jumat, 17 Juni 2016

PENGEMBANGAN PRODUK

Studi Ekonomi - 


PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Organisasi atau perusahaan, pastinya menginginkan untuk memproduksi suatu produk yang lain dari yang lain dan pertama kali ada. Salah satu tantangan besar dalam perencanaan pemasaran adalah bagiamana menciptakan dan mengembangkan gagasan-gagasan tentang produk baru dan akhirnya berhasil memasarkannya. Karena belum tentu produk baru yang dimunculkan oleh suatu organisasi atau perusahaan dapat diterima dengan baik oleh konsumen.
Untuk mensukseskan gagasan-gagasan terhadap pengembangan produk baru, suatu perusahaan perlu melakukan beberapa tahapan, agar produk yang diciptakan tepat sasaran dan diterima oleh pasar. Karena tujuan diciptakannya produk baru adalah menciptakan inovasi baru yang suskes di pasaran dan juga perusahaan harus mengganti produk-produk yang telah masuk ke tahap penurunan dalam daur ulang hidup produknya. 
B.     Rumusan Masalah
1.         Apakah yang dimaksud dengan produk?
2.         Bagaimana klasifikasi produk berdasarkan penggunaanya?
3.         Apa yang dimaksud dengan merek?
4.         Bagaiman konsep kemasan/pengemasan yang baik?
5.         Apa yang dimaksud dengan pelabelan?
6.         Apa yang dimaksud dengan jaminan dan garansi?
7.         Bagaimana tahapan proses dalam pengembangan produk?
8.         Bagaimana tahapan daur hidup produk?


PEMBAHASAN 
A.    Pengertian Produk
Pengertian produk Menurut kotler adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk-produk yang dipasarkan meliputi barang fisik, jasa, orang, tempat, dan gagasan.[1]. Dari definisi tentang produk tersebut, dapat kita ketahui bahwa produk  adalah suatu bentuk barang atau jasa, yang ditawarkan dan telah dibuat sedemikian rupa untuk ditawarkan atau dijual, dimiliki, dan digunakan atau dikonsumsikan agar dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. 
B.     Klasifikasi Produk
1.      Produk Konsumen
Produk konsumen dapat diklasifikasikan berdasarkan kebiasaan  belanja, yaitu: barang mudah (convenience goods), barang toko (shopping goods), barang khusus (specialty goods), dan barang yang tidak dicari (unsought goods).
a.       Barang sehari-hari (convenience goods) adalah barang yang biasanya dibeli pelanggan dengan cepat dan dengan upaya yang sangat sedikit. Contohnya meliputi produk-produk tembakau, sabun dan Koran. Barang mudah didapat dibagi lebih jauh. Pertama, kebutuhan pokok (staples) adalah barang-barang yang dibeli konsumen secara teratur atau rutin contohnya sabun. Kedua, barang dadakan (impulse goods) adalah barang yang dibeli tnapa perencanaan atau upaya pencarian contohnya cokelat dan majalah. Ketiga, barang darurrat (emergency goods) adalah barang yang dibeli pada saat kebutuhsn mendesak, contohnya payung pada musim hujan.
b.      Barang Toko (shopping goods) adalah barang-barang yang biasanya dibandingkan berdasarkan kesusaian, kualitas, harga, dan gaya dalam proses pemilihan dan pembeliannya. Contohnya meliputi perabotan, pakaian, mobil bekas, dan peralatan rumah tangga utama. Barang toko dapat dibagi lebih jauh: pertama, barang toko homogen (homogenous shopping goods) adalah barang yang memiliki kemiripan mutu, tetapi cukup berbeda dari segi harga sehingga dapat menjadi alas an perbandingan dalam beebelanja. Kedua,  barang toko heterogen (heterogenous shopping goods) adalah barang yang bebeda dari segi ciri-ciri produk dan layanan yang mungkin diangggap lebih penting daripada harganya.
c.       Barang Khusus (specialty goods) barang yang memiliki ciri-ciri atau identitas merek yang unik dank arena itulah cukup banyakpembeli bersedia melakukan upaya pembelian yang khusus. Contohnya meliputi mobil, kompenen-komponen stereo, dan peralatan fotografi.
d.      Barang yang tidak dicari (unsought goods) adalah barang-barang yang tidak diketahui konsumen atau biasanya mereka tidak terpikir untuk membelinya, seperti detektor asap.[2]

2.      Produk Industri
Barang-barang industri dapat diklasifikasikan berdasarkan bagaimana cara barang tersebut memasuki proses produksi dan kemahalan relatifnya.
a.       Bahan baku dan suku cadang (materials and parts) adalah barang-barang yang sepenuhnya memasuki produk yang dihasilkan. barang-barang itu terbagi menjadi dua kelas: bahan mentah serta bahan baku dan suku cadang hasil manufaktur.
·         Bahan mentah terbagi menjadi dua kelas utama: produk pertanian (misalnya gandum, kapas, ternak, buah, dan sayuran) dan produk alam (misalya ikakn, minyak mentah, biji besi).
·         Bahan baku dan suku cadang hasil manufaktur dibagi menjadi dua kategori: bahan baku komponen (contohnya besi, benang, semen, kabel) dan suku cadang komponen (misalnya motor kecil, ban, cetakan. Bahan baku komponen umumnya diolah lebih lanjut misalnya butir besi diolah menjadi baja. Sifat standar dari bahan baku komponen seperti itu biasanya berarti bahwa keandalan pemasok dan harga mejadi faktor penentu pembelian yang paling penting. Suku cadang komponen masuk ke dalam produk akhir secara lengkap tanpa perubahan bentuk lebih lanjut, seperti motor kecil yang dipasang dalam penghisap debu, dan ban yang dipasang pada mobil.
b.      Barang modal (capital items) adalah barang-barang tahan lama yang memudahkan pegembangan dan/atau pegolahan produk akhir. Barang modal eliputi dua kelompok: instalasi dan peralatan.
·      Instalasi terdiri dari bangunan (misalnya pabrik dan kantor) dan peralatan (misalnya generator, bor, komputer mainframe, lift). Instalasi biasanya langsung dibeli dari produsennya, dan penjualan biasanya didahului dengan perode negosiasi yang panjang.
·      Peralatan meliputi peralatan dan perkakas pabrik yang dapat dibawa-bawa (misalnya perkakas pertukangan, truk pengangkut) serta peralatan kantor (misalnya komputer personal, meja). Peralatan hanya membntu dalam proses produksi. Peralatan memiliki umur yang lebih singkat daripada instalasi.
c.       Perlengkapan dan jasa bisnis adalah barang dan jasa tidak tahan lama yang membantu dan/atau pengelolaan produk akhir.
Perlengkapan ada dua jenis: Perlengkapan operasi (misalnya pelumas, batu bara, kertas tulis, pensil) serta barang untuk pemeliharaan dan perbaikan (misalnya cat, paku, sapu). Perlengakapan ekuivalen denga barang convenience  dalam bidang industri, perlengkapan biasanya dibeli dengan usaha menimum berdasaran pembelian ulang langsung.
Jasa bisnis meliputi jasa pemeliharaan dan perbaikan (misalnya pembersihan jendela) dan jasa konsultasi bisnis (misalnya konsultasi manajemen, hukum, periklanan). Jasa pemeliharaan dan perbaikan biasanya diberikan berdasarkan kontrak. Jasa pemeliharaansering disediakan oleh produsen kecil, dan jasa perbaikan sering diperoleh dari pembuat peralatan asli. Jasa konsultasi bisnis biasanya dibeli dalam stuasi pembelian tugas baru, dan pemebli industri akan memilih pemasok berdasarkan reputasi pemasok dan staf-stafnya.[3] 
C.    Ekuitas dan Strategi Merek
1.      Pegertian Merek
Merek adalah nama, istilah, simbol, rancangan atau kombinasi dari hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari dari seorang atau kelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing.
merek sebenarnya merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan keistimewaan, manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli. Merek-merek terbaik memberikan jaminan mutu. Akan tetapi leibh dari sekedar simbol. Merek dapat memiliki enam level pengertian:
a.         Atribut: merek meningatkan pada atribut-atribut tertentu. Contoh nya Mercedes memberi kesan sebagai mobil yang mahal, dibuat dengan baik dirancang dengan baik tahan lama, bergengsi tinggi.
b.         Manfaat: atribut perlu diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan emosional. Atribut “tahan lama” dapat diterjemahkan menjadi manfaat fungsional, “saya tidak perlu membeli mobil baru setiap beberapa tahun.” Atribut “mahal” mungin diterjemahkan menjadi manfaat emosional, “mobil ini membuat saya merasa pemting dan dihargai.”
c.         Nilai: merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen. Jadi, mercedes berarti kinerja tinggi, keamanan, gengsi, dan lain-lain.
d.        Budaya: merek juga mewakili budaya tertentu. Mercedes mewakili budaya jerman: terorganisasi, efisien,bermutu tinggi.
e.         Kepribadian: merek juga mencerminkan kepribadian tertentu. Mercedes mencerminkan pimpinan yang masuk akal (orang), singa yang memerintah (binatang), atau istana yang agung (obyek).
f.          Pemakai: merek juga menunjukkan jenis konsumen yang membli atau menggunakan produk tersebut. Kita akan terkejut melihat seorang sekretaris berumur 20 tahun mengendarai mercedes. Yang kita harapkan adalah seorang mencapai puncak berumur 55 tahun dibelakang kemudian.
2.      Nilai Merek (ekuitas merek)
Merek bervariasi dalam hal kekuatan dan nilai yang dimilikinya di pasar. Pada satu sisi ada merek yang tidak dikenal oleh sebagian besar pembeli di pasar. Kemudian ada merek yang terhadapnya pembeli memiliki tingkat kesadaran merek (brand awareness) yang tinggi. Di atas itu terdapat merek yang memiliki tingkat penerimaan merek (brand acceptability) yang tinggi. Kemudian, ada merek yang menikmati tingkat  preferensi merek (brand preference) yang tinggi. Akhirnya ada merek yang memiliki tingkat kesetiaan merek (brand loyality).
Ekuitas merek (brand equity) sangat berkaitan dengan seberapa banyak pelanggan suatu merek berada dalam kelas 3, 4, dan 5. menurut Aaker, dengan tingkat pengakuan merek, mutu mrek yang diyakini, asosiasi mental dan emosional yang kuat, serta aktiva lain seperti hak paten, merek dagang, dan hubungan saluran distribusi juga berkaitan denga ekuitas merek.
Ekuitas merek yang tinggi memberikan sejumlah keuntungan kompetitif:
a.       Perusahaan akan menikmati biaya pemasaran yang lebih kecil karena kesadaran dan kesetiaan merek konsumen yang tinggi.
b.      Perusahaan akan mempunyai posisi yang lebih kuat dalam negosiasi dengan distributor dan pengecer karena pelanggan mengharapkan mereka untuk menjual merek tersebut.
c.       Perusahaan dapat menggunakan harga yang lebih tinggi daripada pesaingnya karena merek tersebut memiliki mutu yang diyakini lebih tinggi.
d.      Perusahaan lebih mudah untuk meluncurkan perluasan merek karena merek tersebut memiliki kredibilitas tinggi.
e.       Merek itu melinfungi perusahaan dari persaingan harga yang ganas.
Sutau namamerek perlu dikelola dengan cermat agar ekuitas merek tidak mengalami peyusutan. Hal itu membutuhkan pemeliharaan atau peningkatan kesadaran merek, mutu dan fungsi yang diyakini dari merek itu, asosiasi merek yang positif. Tugas-tugas itu memerlukan investasi terus menerus dalam litbang, periklanan yang cerdik, pelayanan konsumen dan perdagangan yang prima.
3.      Strategi Merek
a.       Perluasan Lini (line extension). Perluasan ini terjadi jika perusahaan memperkenalkan unit produk tambahan dalam kategori produk yang sama dengan merek yang sama, biasanya dengan tampilan baru, seperti rasa, bentuk, warna baru, unsur tambahan, ukuran kemasan, dan lainnya. Contohnya produk  sampo Sunsilk yang  mengeluarkan beragam varian produk sampo sesuai dengan jenis rambut konsumennya, seperti sampo untuk rambut rontok, rambut berketombe, rambut kering, rambut berminyak, dan lain sebagainya.
b.      Perluasan Merek (brand extension) adalah menggunakan merek yang sudah ada untuk meluncurkan suatu produk dalam kategori baru. Contohnya Honda menggunakan nama perusahaan untuk mencakup berbagai produk seperti mobil, sepeda motor, penyapu salju, pemotong rumput, mesin kapal, dan mobil salju.
c.      Multi Merek (multibrand) adalah dimana sebuah perusahaan memperkenalkan merek tambahan dalam kategori produk yang sama. Contohnya perusahaan Indofood yang sengaja meluncurkan merek Indomie, Supermi, serta Sarimi untuk membidik target pasar yang berbeda. Sehingga tidak heran, jika sampai saat ini Indofood berhasil menjadi market leader untuk kategori produk mie instan.
d.     Merek Baru (new brand). Ketika perusahaan meluncurkan produk dalam suatu kategori baru, perusahaan mungkin menemukan bahwa tidak satu pun merek yang dimilikinya yang tepat untuk produk tersebut, maka tidak ada salahnya jika mereka menawarkan sebuah merek baru bagi produk yang akan mereka luncurkan. Cara ini telah dilakukan oleh Unilever dalam mengembangkan kategori produknya, seperti mengeluarkan merek Pepsodent untuk kategori produk pasta gigi, Blue Band untuk merek margarine, serta masih banyak lagi merek lainnya untuk kategori yang berbeda.
e.      Merek bersama (cobrand). Disebut juga juga dengan dual branding, yaitu dua atau lebih merek yang terkenal dikombinasikan dalam satu tawaran. Tiap sponsor merek mengharapkan bahwa merek lain akan memperkuat preferensi merek atau minat membeli. Dalam hal produk yang dikemas bersama, tiap merek berharap dapat menjangkau konsumen baru dengan mangaitkannya dengan merek lain.[4] Contohnya yang  dijalankan/dilakukan oleh Aqua-Danone dalam memasarkan produknya. 
D.    Kemasan / Pengemasan Produk
Pengemasan mencakup semua kegiatan merancang dan memproduksi wadah atau pembukus suatu produk. Wadah atau pembungkus itu disebut kemasan. Kemasan yang dirancang dengan baik dapat menciptakan kenyamanan dan nilai promosi karena kemasan merupakan hal pertama yang dihadapi pembeli menyangkut produk dan mampu mengubah pembeli untuk membeli.
Pengembangan kemasan yang efektif membutuhkan beberapa keputusan. Dari perspektif perusahaan maupun pelanggan, pengemasan harus mencapai sejumlah tujuan:
1.    Identifikasi merek
2.    Sampaikanlah informasi yang deskriptif dan persuasive
3.    Permudahkan proteksi dan transportasi produk
4.    Bantulah penyimpanan di rumah
5.    Bantulah konsumsi produk
Untuk mencapai tujuan pemasaran merek dan memuaskan keinginan konsumen, konponen estetik dan fungsional kemasan harus dipilih secara cermat. Pertimbangan estetis berhubungan dengan ukuran, warna, bentuk, bahan, tulisan, dan grafik kemasan. 
E.     Pelabelan (Labeling)
Label adalah etikat sederhana yang ditempelkan pada produk tersebut atau grafik yang dirancang dengan rumit yang merupakan bagian dari kemasan tersbut. Label mungkin hanya mencamtumkan nama merek atau banyak informasi.
Label melakukan beberapa fungsi. Label mengidentifikasi produk atau merek, misalnya nama Sunkist yang dicap pada jeruk. Label juga menentukan kelas produk misalnya buah peach kalengan diberi label kelas A, B, dan C. label juga menjelaskan produk; siapa pembuatnya, dimana duibuatnya, kapan dibuatnya, apa isinya, bagaiman menggunakannya serta bagaiman penggunaan yang aman. Akhirnya label mempromosikan produk melalui gambar yang menarik. 
F.     Jaminan dan Garansi
Jaminan merupakan pernyataan formal dari kinerja produk yang diharapkan oleh pengusaha pabrik. Produk bergaransi dapat dikembalikan kepada pabrik atau pusat servis yang ditunjuk untuk melakukan perbaikan, penggantian, pengembalian uang.
Garansi mengurangi persepsi resiko pembeli. Garansi ini menyatakan bahwa produk tersebut bermutu tinggi dan bahwa perusahaan  tersebut dan kinerja layanannya dapat diandalkan. Garansi sangat efektif dalam dua situasi. Yang pertama adalah apabila perusahaan atau produk tersebut tidak terkenal, misalnya, perusahaan menjual cairan yang mengaku menghilangkan noda yang paling sulit. “Garansi uang kembali jika tidak puas” akan memberikan suatu keyakikan kepada pembeli untuk membeli produk tersebut. Situasi kedua adalah apabila mutu produktersebut lebih unggul dibanding dengan pesaing. Perusahaan tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan memberikan garansi kinerja yang lebih unggul, karena tahu bahwa pesaing-pesaingnya tidak dapat menimbangi garansinya.[5] 
G.  Pengembangan Produk Baru
1.                1.  Pilihan Produk Baru
a.       Membuat dan Membeli
Perusahaan dapat menambahkan produk baru melalui akuisi atau pengembangan. Rute akuisi bisa mengambil tiga bentuk. Perusahaan dapat membeli perusahaan lain, mendapatkan hak paten dari perusahaan lain, atau membeli lisensi atau waralaba dari perusahaan lain. Untuk pengembangan produk, perusahaan dapat menciptakan produk baru di laboratoriumnya sendiri, atau dapat menandatangani kontrak dengan periset independen atau perusahaan pengembangan produk baru untuk mengembangkan produk baru tertentu atau menyediakan teknologi baru.
b.      Jenis-jenis Produk Baru
Produk baru berkisar dari produk baru bagi dunia yang menciptakan pasar yang seluruhnya baru pada satu sisi, sampai perbaikan atau revisi kecil produk lama di sisi lain. Sebagian besar kegiatan produk baru ditujukan untuk memperbaiki produk lama. Di sony, lebih dari 80% kegiatan produk baru adalah memodifikasi dan memperbaiki produk lama. Beberapa produk konsumen baru yang paling berhasil dalam tahun-tahun terakhir adalah perluasan merek produk lama : Tide with Febreze dan Tide Coldwater, Crest ProHealth Rinse dan Crest Whitestrips Premium Plus, serta Gillette Venus Vibrance.
Dalam banyak kategori, semakin sulit mengidentifikasian produk sukses yang akan mengubah pasar, tetapi inovasi yang berkelanjutan untuk lebih memuaskan kebutuhan konsumen dapat mendorong pesaing untuk saling mengejar. Dengan terus meluncurkan produk baru sebagai perluasan merek dalam kategori produk yang berhubungan juga dapat memperluas arti merek. Dari semua produk baru, kurang dari 10% sampai 15% produk yang benar-benar inovatif dan baru bagi dunia. Produk-produk ini memiliki biaya dan resiko terbesar karena produk tersebut merupakan produk baru baik bagi prusahaan maupun pasar.[6]
2.                     2. Tantangan dalam Pengembangan Produk Baru
Peluncuran produk baru semakin besar dalam beberapa tahun terakhir. Di banyak industri, seperti perdagangan eceran, barang konsumen, elektronik, otomotif, dan lainnya.
a.       Imperatif Inovasi
Dalam perekonomian yang berubah dengan cepat, inovasi berkelanjutan merupakan suatu keharusan. Perusahaan yang sangat inofatif mampu mengidentifikasikan dan mengukur peluang pasar baru dengan cepat. Perusahaan inovatif menciptakan sikap positif terhadap inovasi dan pengambilan risiko, merutinkan proses inovasi, mempraktikkan kerja tim, dan memungkinkan karyawannya untuk bereksperimen dan bahkan gagal. Perusahaan yang gagal mengembangkan produk baru sama saja menempatkan diri mereka sendiri pada risiko. Produk lama mereka rentan terhadap perubahan kebutuhan dan selera pelanggan, teknologi baru, siklus hidup produk yang lebih pendek, dan persaingan domestic dan asing yang meningkat.
b.      Keberhasilan Produk Baru
Sebagian besar perusahaan ternama memfokuskan diri pada inovasi tambahan. Inovasi tambahan dapat memungkinkan perusahaan untuk memasuki pasar baru dengan memperbaiki produk untuk pelanggan baru, menggunakan variasi produk inti untuk tetap memimpin pasar, dan menciptakan solusi jangka pendek untuk seluruh masalah industri. Apa lagi yang dapat dilakukan perusahaan agar dapat berhasil dalam mengembangkan produk baru? Dalam sebuah studi tentang produk industri, spesialis produk baru cooper dan kleinschmidt menemukan bahwa faktor keberhasilan nomor satu adalah produk yang unik dan superior. Produk semacam itu mencapai tingkat keberhasilan 98% sepanjang waktu, dibandingkan dengan produk dengan keunggulan moderat ( keberhasilan 58% ) atau keunggulan minimal ( keberhasilan 18% ). Faktor kunci lainnya adalah konsep produk yang didefinisikan dengan baik. Perusahaan mendefinisikan dan menilai pasar sasaran, kebutuhan produk, dan manfaat secara cermat sebelum melanjutkan produk tersebut. Faktor keberhasilan lainnya adalah sinergi teknologi dan pemasaran, kualitas pelaksanaan disemua tahap, dan daya tarik pasar.    
c.       Kegagalan Produk Baru
Pengembangan produk baru bisa sangat beresiko. Produk baru terus gagal dengan tingkat yang mengganggu. Produk baru bisa gagal karena banyak alasan: mengabaikan atau salah menerjemahkan riset pasar, berlebihan dalam memperkirakan ukuran pasar, biaya pengembangan tinggi, rancangan yang buruk, positioning yang tidak benar, iklan yang tidak efektif, atau harga yang salah, dukungan distribusi tidak cukup, dan pesaing yang melawan sengit. Beberapa faktor tambahan yang menghalangi pengembangan produk baru adalah: kelangkaan ide penting pada wilayah tertentu, pasar yang terfragmentasi, batasan sosial dan pemerintah, biaya pemgembangan, kelangkaan modal, waktu pengembangan yang dibutuhkan lebih pendek.[7]
3.      3. Mengendalikan Produk
Untuk membahas masalah penendalian pengembangan produk kita akan meninjau tahap-tahapnya lebih dahulu, baru kemudian lembaga atau organisasi yang bertanggung jawab. Berikut tahap-tahap di dalam siklus pengembangan produk baru :
a.       Tahap pemilihan atau penyaringan
 Tahap penyaringan dilakukan setelah berbagai macam ide tentang produk telah tersedia. Dalam tahap ini merupakan pemilihan sejumlah ide dari berbagai macam sumber. Adapun informasi atau ide berasal dari manager perusahaan, pesaing, para ahli termasuk konsultan, para penyalur, langganan, atau lembaga lain.
b.      Tahap analisa bisnis
Pada tahap ini masing-masing ide perlu dianalisa dari segi bisnis untuk mengetahui sampai seberapa jauh kemampuan ide tersebut dalam menghasilkan laba.
c.       Tahap pengembangan
Pada tahap ini, ide-ide yang telah dianalisa perlu dikembangkan karena ide-ide tersebut dianggap lebih menguntungkan. Pengembangan ini tentunya harus sesuai dengan kemampuan perusahaan.
d.      Tahap pengujian
Merupakan kelanjutan dari tahap pengembangan. Termasuk dalam tahap pengujian ini adalah : pengujian tentang konsep produk, pengujian terhadap kesukaan konsumen, penilaian laboratoris, tes penggunaannya, dan operasi pabrik percontohan.
e.       Tahap komersialisasi
Tahap ini merupakan tahap terakhir dari rangkaian pengembangan produk baru. Pada tahap ini semua fasilitas telah disiapkan baik itu fasilitas produksi maupun fasilitas pemasaran. Semua kegiatan harus saling bekerja sama meskipun mempunyai tujuan berbeda.[8]
4.      4. Organisasi Pengembangan Produk
Agar dapat berhasil, masalah pengembangan produk baru ini harus ditangani oleh satu badan atau departemen tersendiri. Di antara organisasi yang ada seperti :
a.       Komite perencanaan produk
b.      Departemen produk baru
c.       Menejer produk
d.      Venture team
e.       Para ahli ( konsultan ) produk baru dari luar.
Yang paling banyak dipakai untuk menegelola pengembangan produk adalah Departemen produ baru. Pada umumnya, departemen ini relative kecil, dengan beberapa anggota saja, dan bertanggung jawab langsung pada direktur. Beberapa kegiatan khusus yang dilakukan antara lain :
a.       Menentukan tujuan produk baru.
b.      Merencanakan kegiatan-kegiatan eksplorasi.
c.       Mengadakan pemilihan alternative.
d.      Mengembangkan spesifikasi.
e.       Mengkoordinasikan kegiatan pengujian dan prekomersialisasi.
f.       Mengarahkan kelompok-kelompok antar departemen.[9]
5.      5. Mengelola Proses Pengembangan Ide
a.       Menciptakan ide : Proses pegembangan produk baru dimulai dengan pencarian ide. Beberapa ahli pemasaran percaya bahwa peluang tersbesar dan peningkatan tertinggi produk baru ditemukan dengan mengungkapkan kemungkinan rangkaian terbaik dari kebutuhan pelanggan yang belum terpenuhi atau inovasi teknologi. Ide produk baru bisa berasal dari interaksi dengan berbagai kelompok dan menggunakan teknik yang menghasilkan kreativitas.
b.      Berinteraksi dengan  orang lain : di dorong oleh gerakan inovasi terbuka, banyak perusahaan semakin melangkah ke luar perusahaan untuk mendapatkan sumber eksternal ide-ide baru, termasuk pelanggan, karyawan, ilmuwan, insinyur, anggota saluran, agensi pemasaran manajemen puncak dan bahkan pesaing. Selain menghasilkan ide baru dan lebih baik kerja sama dalam berkreasi dapat membuat pelanggan merasa jadi lebih dekat dan menyukai perusahaan. Dan memberitahukan keterlibatan mereka kepada orang lain melalui berita dari mulut ke mulut.[10]
H.    Daur Hidup Produk
a.       Menetapkan dan mengomunikasikan strategi penetapan posisi.
Seluruh strategi pemasaran dibangun bedasarkan STP. Segmentasi, targeting, dan penetapan posisi. Perusahaan mencari sejumlah kebutuhan dan kelompok yang berbeda di pasar, membidik kebutuhan dan kelompok yang dapat di puaskannya dengan cara yang unggul, dan selamjutnya memposisikan tawarannya sedimikian rupa sehingga pasar sasaran mengenal tawaran dan citra khas perusahaan tersebut. Jika perusahaan tidak melakukan penetapan posisi dengan baik maka akan berdampak pasarnya akan bingung. Jika perusahaan melakukan penetapan posisi dengan baik maka ia dapat mewujudkan sisa rencana pemasaran dan diferensiasinya bedasarkan strategi penetapan posisi tersebut. Kita mendefinisikan penetapan posisi sebagai berikut: (positioning) adalah tidakan merancang tawaran dan citra perusahaan sehigga menempati posisi yang khas (di bandibgkan para pesaing) di dalam benak pelanggan sasarannya tujuannya adalah menempatkan merek dalam pikiran konsumen untuk memaksimalkan potensi manfaat perusahaan. Penentuan posisi merek yang baik membantu strategi pemasaran dengan mengklarifikasikan esensi merek tujuan apa yang di capai konsumen berkat bantuannya dan cara yang ia lakukan dengan cara yang unik. Dan hasil penetapan posisi adalah keberhasilan penciptaan proposisi nilai yang berfokus pada pelanggan yaitu alas an yang meyakinkan mengapa pasar harus membeli produk itu.
Istilah penetapan posisi di populerkan oleh dua eksekutif periklanan yaitu al ries dan jack trout. Mereka memandang penetapan posisi sebagai kegiatan kreatif yang di lakukan terhadap produk yang ada:
Penetapan posisisisi di mulai dengan produk, yaitu barang dan jasa, perusahaan, lembaga, atau bahkan orang, namun penetapan posisi bukanlah kegiatan yang anda lakukan terhadap produk. Penetapan posisi adalah kegiatan yang anda lakukan terhadap pikiran calon pelanggan.
b.      Strategi pemasaran sepanjang siklus hidup produk
Kebanyakan kurva siklus hidup di gambarkan berbentuk lonceng dan kurva ini umumnya terbagi menjadi empat tahap sebagai berikut:
·         Perkenalan (introduction)
Perusahaan perusahaan yang berusaha memperkenalkan produk baru harus memutuskan kapan mereka akan memasuki pasar. Menjadi yang pertama di pasar dapat sangat menguntungkan, tetapi beresiko mahal . sementara, masuk belakangan dapat di benarkan bila  perusahaan mampu membawa teknologi, mutu, atau kekuatan merek yang lebih unggul. Sebagian hasil penelitian menunjukan bahwa pelopor pasar memperoleh paing bayak keunggulan. Perusahaan perusahaan seperti Campbell, coca cola, hallmark dan amazon.com telah membangun dominasi pasar yang berkelanjutan. carpenter dan naka tomo menemukan bahwa 19 dari 25 oerusahaan yang menjadi pemimpin pasar tahun 1923 masih tetap merupakan pmimpi pasar di tahun 1983, 60 tahun kemudian.
apa sumber keunggulan pelopor..? para pemakai pelopor awal akan mengingat nama merek pelopor jika produk itu memuaskan mereka. Merek pelopor biasanya membidik tengah-tengah pasar, dan dengan demikian merebut lebih banyak pemakai. Namun keunggulan pelopor bukan merupakan hal yang pasti terjadi. Steven Schnaars mempelajari 28 industri di mana peniru mengungguli innovator. Ia menemukan beberapa kelemahan di antara pelopor yang gagal, yang mencakup produk baru yang terlalu mentah atau terlalu kasar, di posisikan secara tidak tepat, atau muncul sebelum adanya permintaan yang kuat. Peniru akan berhasil berkembang dengan menawarkan harga yang lebih rendah, terus menerus memperbaiki produk atau menggunakan kekuatan pasar secara brutal untuk mengalahkan pelopor. [11]
·         Pertumbuhan (growth)
Ditandai dengan peningkatan pesat penjualan. Konsumen menerima awal menyukai produk tersebut, dan konsumen berikutnya mulai membeli produk itu. Para pesaing baru memasuki pasar karna tertarik dengan peluang produksi dan laba yang berskala besa. Mereka memperkenalkan fitur produk yang baru dan memperluas jaringan distribusi. Selama tahap ini perusahaan mulai menggunakan beberapa strategi berikut untuk mempertahankan pertumbuhan pasar yang pesat selama mungkin.
1.)    Perusahaan meningkatkan mutu produk serta menambahkan fitur produk yang baru dan gaya lebih baik .
2.)    Perusahhan menambahkan model lebih baru dan produk penyerta, yaitu produk-produk dengan berbagai ukuran, rasa dan sebainya yang melindungi produk utama.
3.)    Perusahaan memasuki segmen pasar baru.
4.)    Perusahaan meninngkatkan cakupan distribusinya dan memasuki saluran distribusi baru.
5.)    Perusahaaan beralih dari iklan yang membuat orang menyadari produk ke iklan yang membuat orang yang lebih memillih produk tertentu.
6.)    Perusahaan menurunkan harga untukk menarik lapisan berikutnya yang terdiri dari pembeli yang sensitive terhadap harga.
·         Kedewasaan / kematangan (maturity)
Pada suatu titik tingkat pertumbuhan penjualan akan melambat, dan produk akan memasuki tahap kedewasaan relative. Tahap itu biasanya berlangsung lebih lama dari pada tahap-tahap sebelumnya, dan merupakan tantangan berat bagi manajemen pemasaran. Sebagian besar produk berada di tahap kedewasaan dalam siklus hidup, dan karnanya kebanyakan manajer pemasaran mengatasi masalah-masalah pemasaran produk yang dewasa.
Tahap kedewasaan dapat di bagi menjadi tiga fase: kedewasaan bertumbuh, stabil dan menurun. Dalam fase pertama, tingkat pertumbuhan penjualan mulai menurun dan tidak ada saluran distribusi baru yang akan di isi. Pada fase kedua penjualan menjadi datar bila di lihat dari ukuran perkapita karna kejenuhan pasar. Sebagian besar calon konsumen telah mencoba produk itu, dan penjualan masa depan di tentukan oleh pertumbuhan populasi (penduduk) dan permintaan pergantian. Pada fase ke tiga level penjualan absolut mulai menurun dan pelanggan mulai beralih ke produk lain.
·         Penurunan (decline)
Penjualan merosot karna sejumlah alasan, termasuk kemajuan tehnologi, pergeseran selera konsumen, dan meningkatnya persaingan dalam dan luar negeri. Semuanya menyebabkan kapasitas berlebih, meningkatnya perang harga, dan merosot nya laba. Penurunan penjualan bias berjalan lambat seperti pada havermut : atau cepat seperti pada kasus mobil edsel. Penjualan dapat jatuh sampai nol, atau bertahan di level yang rendah. Saat penjualan dan laba menurun beberapa perusahaan mengundurkan diri dari pasar. Yang bertahan mungkin mengurangi jumlah produk yang di tawarkan. Mereka mungkin mengundurkan diri dari segmen pasar yang kecil dan saluran perdagangan yang lemah atau mungkin memotong anggaran promosi dan menurunkan harga lebih lanjut. Sayangnnya banyak perusahaan belum mengembangkan kebijakan penanganan produk yang semakin tua.
Dalam penelitian tentang strategi perusahhan di industri yang menurun, Kathryn harrigan mengidentifikasi lima strategi penurunan yang tersedia bagi perusahaan sebagai berikut:
1.)    Meningkatkan investasi perusahaan
2.)    Mempertahankan level investasi perusahaan sampai ketidak pastian tentang industri itu terselesaikan
3.)    Mengurangi level investasi perusahaan secara selektif, dengan melepas kelompok pelanggan yang tidak menguntungkan sambil memperkuat investasi perusahaan di tempat-tempat yang menguntungkan.
4.)    Menuai investasi perusahaan untuk memulihkan kas secepatnya.
5.)    Melepaskan bisnis itu secepatnya dengan menjual asetnya dengan cara yang paling menguntungkan. [12]

   PENUTUP
A.       Kesimpulan
Produk Menurut kotler adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk-produk yang dipasarkan meliputi barang fisik, jasa, orang, tempat, dan gagasan. Klasifikasi produk berdasarkan penggunaanya dibagi menjadi dua, produk konsumen dan produk industri. Atrinut produk yang meliputi merek, kemasan dan labeling. Serta jaminan dan garansi sebagai bentuk layanan produk.
Pengembangan produk baru baru dapat ditempuh melalui dua alternatif, pertama, penambahan produk dengan jalan akuisis, kedua merperbaiki kualitas produk lama yaitu dengan perluasan merek lama. Dalam mengembangkan produk baru terdapat siklus-siklus berikut: Tahap pemilihan atau penyaringan, Tahap analisa bisnis, Tahap pengembangan, Tahap pengujian, dan Tahap komersialisasi.
Daur hidup produk dalam strategi pemasaran melalui tahap-tahap berikut: tahap perkenalan dan keunggulan pelopor, tahap pertumbuhan, tahap kedewasan, dan tahap penurunan. Dalam mengatasi penurun terdapat lima strategi yang dapat ditempuh sperti berikut: Meningkatkan investasi perusahaan, Mempertahankan level investasi perusahaan sampai ketidak pastian tentang industri itu terselesaikan, Mengurangi level investasi perusahaan secara selektif, Menuai investasi perusahaan untuk memulihkan kas secepatnya, dan Melepaskan bisnis itu secepatnya dengan menjual asetnya dengan cara yang paling menguntungkan.


[1] Philip Kotler dan Kevin Lane Kenler, Manajemen Pemasaran, PT Macanan Jaya Cemerlang, 2008, Hlm. 4.
[2] Ibid., Hlm. 6-7.
[3] Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, Jakarta: Prenhallindo, 2002, Hlm. 452-453.
[4] Ibid., Hlm. 471-474.
[5]  Philip Kotler dan Kevin Lane Kenler, PT Macanan Jaya Cemerlang, 2008, Hlm. 30-35.
[6] Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran, Erlangga, 2008, Hlm. 278-279.
[7] Ibid., 279 – 283.
[8] Basu Swastha dan Irawan, Manajemen Pemasaran Modern, Yogyakarta: Liberty Offset, 2008, Hlm. 184 -186.
[9] Ibid., 187.
[10] Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, Erlangga, 2008, Hlm. 287-290.
[11] Ibid., Hlm. 374-392.
[12] Ibid., Hlm. 393-399.
 

Tidak ada komentar: