oleh : Siti Nur Roisah
Prodi : Ekonomi Syariah
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Tasawuf adalah
ilmu yang mempelajari bagaimana cara kita mengenal Allah lebih dekat. Dengan
cara mulai dari tahap pensucian diri dan melakukan apa yang telah di
perintahkan Allah dan meninggalkan apa yang telah di larang Allah. Sesudah
melakukan semua itu bisa dikatakan sebagai sufi. Sufi dalam pengertian yang d
kemukakan oleh ibnu khaldun bahwa yang
di katakana sufi yakni orang yang lebih dekat mengenal Allah.
Manusia
mempunyai dua alam, yaitu alam rendah atau jasmani dan alam tinggi atau ruhani.
Hakikat manusia ada pada rohnya bukan pada jasadnya,
rohnya akan kekal dan jasmaninya akan lenyap dan fana. Roh akan terasing dalam
rumah/alam jasad, dan dia merindukan rumahnya atau alamnya sendiri, yaitu alam ruhani. Itulah sebab nya
mengapa manusia mulai mencari rumahnya sendiri. Maka manusia pun mulai melakukan pencarian dengan menempuh
perjalanan ruhani menuju tuhannya : inilah yang kita sebut tarekat atau
thariqoh itu.
Sumber sumber
tasawuf yang di ambil ada 3 sumber yakni: sumber yang pertama dari Alqur’an.
Sumber ini langsung di ambil dari ayat Alqur’an .yang kedua sumber dari Rasululah
dan yang ketiga sumber dari sahabat rasulullah yakni khulafaur rasyidin.
B.
Rumusan masalah
1.
Apa asal usul
ilmu tasawuf?
2.
Apa yang di
maksud ilmu tasawuf?
3.
Dari mana
sumber-sumber-sumber ilmu tasawuf?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Asal Usul Tasawuf
Tasawuf adalah
salah satu cabang ilmu islam yang menekankan dimensi bathin atau spiritual. Aspek
spiritual menjadi aspek yang utama karna tasawuf lebih mempercayai
keutamaan bathin atau ruhani dari pada jasmani, lebih mengutamakan alam
spiritual dari pada alam material. Para sufi yaitu pelaku tasawuf percaya,
bahwa dunia spiritual lebih hakiki dan real dari pada dunia jasmani bahkan
tuhan yang merupakan sebab awal dan akhir dari segala galanya pun bersifat
spiritual dan bukan bersifat material .
Manusia
mempunyai dua alam, yaitu alam rendah atau jasmani dan alam tinggi atau ruhani.
Hakikat manusia ada pada rohnya bukan pada jasadnya; rohnya akan kekal dan
jasmaninya akan lenyap dan fana. Roh akan terasing dalam rumah/alam jasad, dan
dia merindukan rumahnya atau alamnya
sendiri, yaitu alam ruhani. Itulah sebabnya mengapa manusia mulai
mencari rumahnya sendiri. Maka manusia pun
mulai melakukan pencarian dengan menempuh perjalanan ruhani menuju
tuhannya : inilah yang kita sebut tarekat atau thariqoh itu.
Dalam usaha meningkatkan
perilaku spritualnya itu sang sufi harus mampu mengatasi rintangan rintangan
yang bisa menghambat intensitas, frekuensi serta kelancaran “pertemuannya”
dengan tuhan. Dia perlu melakukanapa
yang di sebut dengan taz-kiyat al-nafs, penyucian
diri berupa menahan diri dari hawa nafsu syahwat dan amarah. Selain itu
membersihkan diri dari sifat sifat tercela dan melakukan riyadhah
al-nafs(latihan-latihan jiwa) dalam berbagai disiplin seperti; puasa uzlah,
zuhud, shabr, dan lain-lain.
B.
Definisi Tasawuf
Tasawuf dalam
pengertian umum berarti kecenderungan mistisme universal yang ada sejak dahulu
kala Berazaskan sikap zuhud terhadap keduniaan (asketisme), dan bertujuan
membangun hubungan (ittishal) dengan al-mala’ al-a’la yang merupakan sumber
kebaikan.
Menurut
Al-thusi (w. 378 H ) misalnya, melansir beragam definisi tasawuf di dalam kitabnya
yang monumental, al-luma’, seolah olah dengan cara ini ia meng isyaratkan fakta
sulitnya memberikan definisi yang bersifat jami’ mani’. Adapun definisi tasawuf
bisa di sarikan dalam karateristik sufi yang di sebutkan oleh al-thusi. Ia
menyatakan, “jika di tanya siapa sufi itu sebenarnya dan bagaimana deskripsi
sosok mereka?” menurut al-thusi kita bisa menjawabnya. Bahwa sufi adalah
orang-orang alim yang mengenal Allah dan hokum-hukum Allah.
Menurut ibnu
khaldun (w. 808 H) dalam kitabnya syifa’ al-sail, juga tidak memberikan
pengertian definitif mengenai tasawuf, melainkan hanya mendefinisikan secara
ilustratif. Ia menyatakan, “ tasawuf adalah menjaga kebaikan tata krama bersama
Allah dalam amal-amal lahiriah Dan bathiniah dengan garis-garisnya , sambil
memberikan perhatian pada penguncian hati dan mengawasi segala gerak-gerik hati
dan pikirannya demi memperoleh keselamatan.[1]
C.
Sumber-sumber Tasawuf
1.
Alqur’an sebagai sumber pertama tasawuf.
a.
Seruan al
qur’an untuk bersikap zuhud
Penjelasan ayat-ayat zuhud
Salah satu ayat yang jelas dalalah nya dan kuat argumentasinya
dalam mengafirmasi hal ini adalah gambaran Allah mengenai dunia sebagai suatu
yang cepat berubah dan sirna.
Firman Allah dalam “ketahuilah bahwa sesungguhnya , kehidupan
dunia ini hanyalah permainan dan sesuatu yang melailaikan , perhiasan dan
bermegah-megahan antara kamu serta berbangga – banggaan tentang banyaknya harta
dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani,
kemudian tanaman itu menjadi kering dan
kamulihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur dan di akhirat nanti ada
adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keindahan-nya dan kehidupan di
dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (QS. Al-Hadid(57):20)
b.
Al qur’an dan
kezuhudan rasul
Alqur’an menegaskan seruan zuhud dengan
melarang rasulullah (dan tentu saja kaum
mukmin) untuk melongok (dengan tatapan iri dan nanr) kemewahan hidup
yang di nikmati orang-orang) yang
bergelimang kemewhan sebab pahala besar yang di janjikan Allah bagi orang-orang
mukmin yang berzuhud jauh lebih baik dan kekal. Seperti
firman Allah:
“Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah kami
berikan kepada golongan-golongan dari mereka. Sebagai bunga kehidupan untuk
kami cpbai mereka dengannya dan karunia tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih
kekal”. (QS. Thaha(20):131)
c.
Bingkai zuhud
dalam al qur’an
Alqur’an telah menggariskan bingkai zuhud yang
tidak boleh di langgar oleh siapapun, meski sebaik apapun niatnya atau setulus
apapun tujuannya. Bingkai zuhud
ala Alqur’an tersebut adalah tidak mengharamkan sesuatu yang di halalkan Allah
atas nama zuhud Allah. Firman Allah: “hai orang-orang beriman, jangan lah kamu
mengharamkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu dan
janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya, Allah tidak menyukai orang-orang
yang melampaui batas. (QS. Al-maidah (5):87)
d.
Kekuatan zuhud
yang di serukan Al-qur’an
Fakta sejarah membuktikan bahwa kaum muslim
generasi awal mampu menyebarkan islam hingga sedimikian jaya berkat pemahaman
yang shahih terhadap zuhud yang memotivasi mereka untuk mengorbankan jiwa, raga
dan harta mereka di jalan Allah demi memilih pahala di sisi Allah dari pada
perhiasan dunia yang fana. Firman Allah
“sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan
harta mereka dengan membefrikan surge untuk mereka. Mereka berperang pada jalan
Allah lalu mereka membunuh atau terbunuh. (itu telah menjadi ) jamji yang benar
dari Allah di dalam taurat, injil, dan Alqur’an dan siapakah yang lebih
menepati janjinya (selain)dari pada Allah?maka bergembiralah dengan jual beli
yang telah kamu lakukan itu dan itulah kemenangan yang besar (QS>
at-taubah(9):111)[2]
e.
Sumber Alqur’an
untuk ibadah
Penjelasan beberapa ayat ibadah yaitu, sudah
maklum adanya bahwa kaum sufi juga gemar mendekatkan diri kepada Allah dengan
ibadah ekstra. Hal ini telah di galakan oleh Alqur’an dalam sejumlah ayat tanpa
ambigutas sedikitpun. Di antaranya firman Allah :
“dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepadaku.(QS. Adz-Dzariyat(51):56)
f.
Pemahaman yang
sahih terhadap ibadah
Dari sini mereka pun menjadi saudara seagama yang saling mencintai
demi Allah untuk larut dalam ibadah
kepada Allah sesuai kemampuan demi memperoleh status kedekatan dengannya. Oleh
karna itu Allah memuji mereka dengan firman : “lambung mereka jauh dari tempat
tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabb-nya dengan penuh rasa takut dan
harap. Serta mereka menafkahkan apa-apa rezeki kami berikan. (QS.
As-sajdah(32);16)
g.
Alqur’an dan
ibadah rasulullah
Alqur’an mengimbau rasulullah dengan imbauan
yang lebih tegas dalam kapasitas beliau sebagai teladan bagi seluruh umat agar
beribadah ekstra dengan berbagai jenis ibadah dan qarubat yang dapat
mendekatkan diri kepada Allah. Dalam konteks
ini Alqur’an memberi perintah-perintah khusus kepada rasulullah antara lain
dalam firman Allah :
“dan pada sebagian malam hari shalat
tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan tuhamnu
mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.(QS.al-isra’(17):79)
h.
Apresiasi
alqur’an terhadap ilham
Penjelasan beberapa ayat ilham yaitu, Salah
satu ayat tentang ilham adalah informasi Allah bahwa mujahadah melawan nafsu
merupakan jalan meraih hidayah Allah berfirman :
“dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan)kai
benar-benar akan kami tunjukan kepada mereka jalan-jalan kami. Dan
sesungguhnya, Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat
baik(QS.al-Ankabut(29):69)[3]
2.
Kehidupan Rasulullah sebagai Sumber Kedua Tasawuf
a. Kezuhudan rasulullah dan kesederhanaannya
Dalam sejarah hidup Rasulullah, maka akan didapati pola kehidupan
Rasulullah yang penuh kezuhudan dan kesederhanaan. Hal ini tergambar dari
berbagai Khabar tentang perilaku kehidupan beliau yang dimuat dalam sejumlah
hadist shahih. Kezuhudan dan kessederhaan Rasulullah diantaranya sebagai berikut:
1.)
Kezuhudan dan
kesederhanaan Rasulullah dalam hal makanan
Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hazain dari Rasulullah,
bahwa beliau sangat bersahaja dalam soal makan. Ia bercerita: Aku melihat Abu
Hurairah memberi isyarat dengan jarinya beberapa kali, seraya berkata, “demi
dzat yang jiwa Abu Hurairah ada dalam genggaman tangan-Nya. Nabi Allah tidak
pernah kenyang selama tiga hari berturut-turut dengan mengkonsumsi roti gandum
samapai beliau meninggal dunia.” (HR. Al-Bukhari). Dalam lain yang berbunyi:
مَا مَلأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ
بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلاَتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ فَإِنْ كَانَ لاَ مَحَالَةَ
فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ
“Manusia tidak memiliki wadah yang lebih buruk daripada perut. Cukuplah
bagi manusia beberapa suapan kecil yang dapat menegakkan tulang punggungnya.
Bila tidak dapat maka usahakanlah sepertiga untuk makannya, sepertiga untuk
minumnya dan spertiga untuk napasnya.” (HR. Tirmidzi).
Dalam kedua hadist diatas, terlihat jelas bahwa pola hidup Rasulullah yang sederhana dengan tidak
berlebih-lebihan dalam hal makanan.
2.)
Kezuhudan dan
kesederhanaan Rasulullah dalam berpakaian
Kezuhudan dan kesederhanaan Rasulullah dalam berpakaian salah
satunya digambarkan dalam hadist yang diriwayatkan dari Anas bahwasanya
“Rasulullah makan makanan kasar, memakai pakaian kasar dan hanya sesekali
mengenakan pakaian dari bulu domba.” (HR. Al-Hakim). Dari hadist ini mejelaskan
bahwa Rasulullah tidak menyukai memakai pakaian dari bulu domba, yang mana dulu
pakain dari bulu domba adalah pakain yang mewah, dan memilih pakain dengan
bahan kasar. Hal ini menunjukkan kezuhudan beliau dalam berpakaian.
3.)
Kezuhudan dan
kesederhanaan alas tidur Rasulullah
Rasulullah menyukai alas tidur berkualitas rendah karena lebih
mengutamakan perilaku zuhud dan kesederhanaan daripada terlena dalam kenikmatan
hidup. Diriwayatkan dari Aisyah ra. Ia berkata: “sesungguhnya, alas tidur
Rasulullah berupa lembaran kulit berisikan rerumputan kering.” (HR. Muslim).
Pilihan Rasulullah pada alas tidur sangat bersahaja dilatarbelakangi oleh
keimanan beliau yang sempurna bahwa dunia hanyalah tempat tinggal sementara,
buka untuk selama-lamanya.
4.)
Kezuhudan dan
kesederhanaan Rasulullah sebagai pilihan hidup
Kezuhudan dan kesederhanaan Rasulullah bukanlah karena faktor
kemiskinan dan keterdesakan kondisi hidup, melainkan karena pilihan dan
kegemaran. Hal ini tergamabar dalam hadist riwayat tirmidzi: “Rabb-ku pernah
menawariku untuk mengubah padang pasir Mekah menjadi emas, namun aku bilang: O Tuhan,
aku hanya ingin kenyang sehari dan apar sehari, beliau mengucapkan sebanyak
tiga kali atau yang setara, sehingga bila lapar, aku dapat menundukkan diri
pada-Mu, mengingat-Mu dan bila kenyang aku bersyukur kepada-Mu dan memuji-Mu.”
b.
Ibadah Ekstra
Rasulullah
1.)
Intesitas
Shalat Rasulullah
Meunurut sejumlah riwayat rasulullah gemar melaksanakan shlat
tengah malam. Diriwayatkan dari Aisyah ra, bahwasanya rasulullah melaksanakan
shalat malam hingga kaki beliau bengkak-bengkak. Aku bian kepada beliau, “Wahai
Rasululla, kenapa Anda melakukan ini, padahal Allah telah mengampni dosa Anda
yang telah berlalu dan yang akan datang?” beliau menjawab, “Apakah aku tidak
suka jika menjadi hamba yang bersyukur?.” (HR. Bukhari & Muslim)
2.)
Intensitas
Puasa Rasulullah
Intensitas Puasa Rasulullah
dalam hadis disebutkan “Rasulullah suka berpuasa dan seringkali tidak makan
sampai kami mengatakan setahun ini Rasulullah berpuasa terus. Namun ditahun
berikutnya beliau tidak berpuasa sampai kami mengatakan beliau tidak suka
berpuasa setahun penuh. Dan puasa yang paling beliau suka adalah puasa bulan
Sya’ban.” (HR. Ahmad & Ath Thabrani)[4]
3.)
Apresiaasi
Rasulullah terhadap Ilham
Ilham merupakan tujuan jalan tasawuf. Rasulullah memberikan
apresiasi khusus terhadapnnya dengan menyatakan bahwa Ilham merupakan anugerah
ilahiah yang telah diperoleh oleh orang-orang pilihan dari kalangan umat-umat
terdahulu dan umat Muhammad pun mendapat bagian dari anugerah tersebut. Dari
pernyataan tersebut, salah satu contoh umat Nabi yang mendapat ilham adalah
Umar bin Khattab, yang tertuang dalam hadits yang diriwayatkan dari Aisyah ra.
“Di kalangan umat islam yang terdahulu sebelum kalian, terkadang ada
orang-orang yang mendapat ilham. Apabila di kalangan umatku terdapat beberapa
orang yang mendapat llham maka Umarlah salah satunya.[5]
3.
Kehidupan Sahabat dan Khulafaurrasyidin Sebagai Sumber Ketiga Tasawuf
a.
Abu Bakar
ash-Shiddiq
Kezuhudan dan kesederhanaan Abu Bakar ash-Shiddiq tergambar dalam
beberapa sikap beliau sebagai berikut:
1.) Abu Bakar ash-Shiddiq setelah menjadi
khalifah, tidak bermewah mewahan, tetapi menjadi lebih zuhud dan sederhana
dalam makanan dan pakaian.
2.)
Ketakutan Abu
Bakar ash-Shiddiq yang begitu besar kepada Allah samapai beliau berangan-angan
dirinya tidak pernah diciptakan karena takut akan hisab. Namun ini bukan bentuk
keputus-asaan beliau, melainkan ketakutan dan pengharapan beliau untuk
senantiasa beribadah keapada Allah
3.)
Abu Bakar
ash-Shiddiq memiliki sikap memilih untuk menjauhi segala hal yang masih
bersifat syuhbat.
4.)
Abu Bakar ash-Shiddiq
mengakui kelemahan akal dalam menjangkau esensi Tuhan.
b.
Umar bin
Khathtahab
Kezuhudan dan kesederhanaan Umar bin Khathtahab tergambar dalam
beberapa sikap dan peristiwa berikut:
1.) Umar bin Khathtahab pernah berkhutbah dengan mengenakan pakaian penuh
tamabalan untuk mendorong jamaah agar qana’ah menerima rezeki apa adanya
2.)
Umar bin Khatab
memiliki rasa takut yang amat tinggi kepada Allah.
3.)
Umar bin Khatab
menghiasi diri beliau dengan sikap alturisme, yaitu mementingkan orang lain
diatas kepentingan pribadi
4.)
Umar bin
Khathtahab menjadikan ibadah menjadi agenda terbesarnya dengan menjalani puasa
dan aktif menunaikan qiyamullail.
c.
Ustman bin
Affan
Kezuhudan dan kesederhanaan Ustman bin Affan tergambar dalam
beberapa sikap dan peristiwa berikut:
1.)
Ustman bin Affan
memiliki pandangan bahwa kebaikan tersimpul dalam 4 perilaku mulia: a.
mendekatkan diri kepada Allah dengan amalan-amalan sunah. b. sabar
menghadapi hukum dan ketentuan Allah. c. ridha menerima
takdir Allah. d. malu kepada Allah
2.)
Ustman bin
Affan mengumpulkan harta dalam usaha perniagaannya untuk di sedekahkan di jalan
Allah demimembela agama. Seperti contoh ustman membiayai seluruh keperluan
pasukan al-usrah dan membeli sumur air untuk kepentingan kaum muslim.
d.
Ali bin Abi
Thalib
Kezuhudan dan kesederhanaan Ali bin Abi Thalib tergambar dalam
beberapa sikap dan peristiwa berikut:
1.)
Ali bin Abi
Thalib memilih mengenakan pakaian yang tambalan karena menurutnya itu dapat
menjadi media untuk mengkhusukkan hati.
2.)
Ali bin Abi
Thalib menggigil dan pucat ketika tiba waktu shalat, karena ia takut apakah ia
sudah melaksakan shalat dengan baik atau tidak.
3.)
Ali bin Abi
Thalib sangat consern dalam mujahadah dan riyadhah. Ia berkata “tidaklah
Tiadalah aku dan nafsu diriku kecuali seperti seorang pengembala domba (dengan
kawanan dombanya), setiap kali ia menghimpun mereka di satu sisi, mereka
menyebar lagi di sisi lain.[6]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa pengertian di atas bisa di
simpulkan bahwa tasawuf adalah ilmu bagaimana cara kita mendekatkan diri dengan
Allah dan mengenal Allah lebih dekat dan para sufi mengatakan bahwa kehidupan
di dunia ini hanyalah kehidupan yang sementara dan hakikatnya kehidupan yang
hakiki atau kekal yakni kehidupan di akhirat kelak. Itulah sebab nya mengapa
manusia mulai mencari rumahnya sendiri. Maka manusia pun mulai melakukan pencarian dengan menempuh
perjalanan ruhani menuju tuhannya : inilah yang kita sebut tarekat atau
thariqoh itu.Tasawuf di peroleh dari berbagai sumber yang pertama dari alqur’an
yang kedua dari rasulullah dan yang ke tiga dari khulafaurrasyidin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar