Rabu, 03 Mei 2017

MAKALAH TASAWUF

Studi Ekonomi -
oleh : Siti Nur Roisah
Prodi : Ekonomi Syariah





BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Tasawuf adalah ilmu yang mempelajari bagaimana cara kita mengenal Allah lebih dekat. Dengan cara mulai dari tahap pensucian diri dan melakukan apa yang telah di perintahkan Allah dan meninggalkan apa yang telah di larang Allah. Sesudah melakukan semua itu bisa dikatakan sebagai sufi. Sufi dalam pengertian yang d kemukakan oleh ibnu khaldun  bahwa yang di katakana sufi yakni orang yang lebih dekat mengenal Allah.
Manusia mempunyai dua alam, yaitu alam rendah atau jasmani dan alam tinggi atau ruhani. Hakikat manusia ada pada rohnya bukan pada jasadnya, rohnya akan kekal dan jasmaninya akan lenyap dan fana. Roh akan terasing dalam rumah/alam jasad, dan dia merindukan rumahnya atau alamnya  sendiri, yaitu alam ruhani. Itulah sebab nya mengapa manusia mulai mencari rumahnya sendiri. Maka manusia pun  mulai melakukan pencarian dengan menempuh perjalanan ruhani menuju tuhannya : inilah yang kita sebut tarekat atau thariqoh itu.
Sumber sumber tasawuf yang di ambil ada 3 sumber yakni: sumber yang pertama dari Alqur’an. Sumber ini langsung di ambil dari ayat Alqur’an .yang kedua sumber dari Rasululah dan yang ketiga sumber dari sahabat rasulullah yakni khulafaur rasyidin.
B.     Rumusan masalah
1.         Apa asal usul ilmu tasawuf?
2.         Apa yang di maksud ilmu tasawuf?
3.         Dari mana sumber-sumber-sumber ilmu tasawuf?


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Asal Usul  Tasawuf
Tasawuf adalah salah satu cabang ilmu islam yang menekankan dimensi bathin atau spiritual. Aspek spiritual menjadi aspek yang utama karna tasawuf lebih mempercayai keutamaan bathin atau ruhani dari pada jasmani, lebih mengutamakan alam spiritual dari pada alam material. Para sufi yaitu pelaku tasawuf percaya, bahwa dunia spiritual lebih hakiki dan real dari pada dunia jasmani bahkan tuhan yang merupakan sebab awal dan akhir dari segala galanya pun bersifat spiritual dan bukan bersifat material .
Manusia mempunyai dua alam, yaitu alam rendah atau jasmani dan alam tinggi atau ruhani. Hakikat manusia ada pada rohnya bukan pada jasadnya; rohnya akan kekal dan jasmaninya akan lenyap dan fana. Roh akan terasing dalam rumah/alam jasad, dan dia merindukan rumahnya atau alamnya  sendiri, yaitu alam ruhani. Itulah sebabnya mengapa manusia mulai mencari rumahnya sendiri. Maka manusia pun  mulai melakukan pencarian dengan menempuh perjalanan ruhani menuju tuhannya : inilah yang kita sebut tarekat atau thariqoh itu.
Dalam usaha meningkatkan perilaku spritualnya itu sang sufi harus mampu mengatasi rintangan rintangan yang bisa menghambat intensitas, frekuensi serta kelancaran “pertemuannya” dengan  tuhan. Dia perlu melakukanapa yang di sebut dengan taz-kiyat al-nafs, penyucian diri berupa menahan diri dari hawa nafsu syahwat dan amarah. Selain itu membersihkan diri dari sifat sifat tercela dan melakukan riyadhah al-nafs(latihan-latihan jiwa) dalam berbagai disiplin seperti; puasa uzlah, zuhud, shabr, dan lain-lain.
B.     Definisi Tasawuf
Tasawuf dalam pengertian umum berarti kecenderungan mistisme universal yang ada sejak dahulu kala Berazaskan sikap zuhud terhadap keduniaan (asketisme), dan bertujuan membangun hubungan (ittishal) dengan al-mala’ al-a’la yang merupakan sumber kebaikan.
Menurut Al-thusi (w. 378 H ) misalnya, melansir beragam definisi tasawuf di dalam kitabnya yang monumental, al-luma’, seolah olah dengan cara ini ia meng isyaratkan fakta sulitnya memberikan definisi yang bersifat jami’ mani’. Adapun definisi tasawuf bisa di sarikan dalam karateristik sufi yang di sebutkan oleh al-thusi. Ia menyatakan, “jika di tanya siapa sufi itu sebenarnya dan bagaimana deskripsi sosok mereka?” menurut al-thusi kita bisa menjawabnya. Bahwa sufi adalah orang-orang alim yang mengenal Allah dan hokum-hukum Allah.
Menurut ibnu khaldun (w. 808 H) dalam kitabnya syifa’ al-sail, juga tidak memberikan pengertian definitif mengenai tasawuf, melainkan hanya mendefinisikan secara ilustratif. Ia menyatakan, “ tasawuf adalah menjaga kebaikan tata krama bersama Allah dalam amal-amal lahiriah Dan bathiniah dengan garis-garisnya , sambil memberikan perhatian pada penguncian hati dan mengawasi segala gerak-gerik hati dan pikirannya demi memperoleh keselamatan.[1]
C.    Sumber-sumber Tasawuf
1.         Alqur’an sebagai sumber pertama tasawuf.
a.    Seruan al qur’an untuk bersikap zuhud
Penjelasan ayat-ayat zuhud
Salah satu ayat yang jelas dalalah nya dan kuat argumentasinya dalam mengafirmasi hal ini adalah gambaran Allah mengenai dunia sebagai suatu yang cepat berubah dan sirna.
Firman Allah dalam  “ketahuilah bahwa sesungguhnya , kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan sesuatu yang melailaikan , perhiasan dan bermegah-megahan antara kamu serta berbangga – banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian  tanaman itu menjadi kering dan kamulihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur dan di akhirat nanti ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keindahan-nya dan kehidupan di dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (QS. Al-Hadid(57):20)
b.    Al qur’an dan kezuhudan rasul
Alqur’an menegaskan seruan zuhud dengan melarang rasulullah (dan tentu saja kaum  mukmin) untuk melongok (dengan tatapan iri dan nanr) kemewahan hidup yang di nikmati orang-orang)  yang bergelimang kemewhan sebab pahala besar yang di janjikan Allah bagi orang-orang mukmin yang berzuhud jauh lebih baik dan kekal. Seperti firman Allah:
“Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka. Sebagai bunga kehidupan untuk kami cpbai mereka dengannya dan karunia tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal. (QS. Thaha(20):131)
c.    Bingkai zuhud dalam al qur’an
Alqur’an telah menggariskan bingkai zuhud yang tidak boleh di langgar oleh siapapun, meski sebaik apapun niatnya atau setulus apapun tujuannya. Bingkai zuhud ala Alqur’an tersebut adalah tidak mengharamkan sesuatu yang di halalkan Allah atas nama zuhud Allah. Firman Allah:  “hai orang-orang beriman, jangan lah kamu mengharamkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya, Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (QS. Al-maidah (5):87)
d.   Kekuatan zuhud yang di serukan Al-qur’an
Fakta sejarah membuktikan bahwa kaum muslim generasi awal mampu menyebarkan islam hingga sedimikian jaya berkat pemahaman yang shahih terhadap zuhud yang memotivasi mereka untuk mengorbankan jiwa, raga dan harta mereka di jalan Allah demi memilih pahala di sisi Allah dari pada perhiasan dunia yang fana. Firman Allah
“sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan membefrikan surge untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah lalu mereka membunuh atau terbunuh. (itu telah menjadi ) jamji yang benar dari Allah di dalam taurat, injil, dan Alqur’an dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain)dari pada Allah?maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu dan itulah kemenangan yang besar (QS> at-taubah(9):111)[2]
e.    Sumber Alqur’an untuk ibadah
Penjelasan beberapa ayat ibadah yaitu, sudah maklum adanya bahwa kaum sufi juga gemar mendekatkan diri kepada Allah dengan ibadah ekstra. Hal ini telah di galakan oleh Alqur’an dalam sejumlah ayat tanpa ambigutas sedikitpun. Di antaranya firman Allah :
“dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepadaku.(QS. Adz-Dzariyat(51):56)
f.     Pemahaman yang sahih terhadap ibadah
Dari sini mereka pun menjadi saudara seagama yang saling mencintai demi Allah  untuk larut dalam ibadah kepada Allah sesuai kemampuan demi memperoleh status kedekatan dengannya. Oleh karna itu Allah memuji mereka dengan firman : “lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabb-nya dengan penuh rasa takut dan harap. Serta mereka menafkahkan apa-apa rezeki kami berikan. (QS. As-sajdah(32);16)
g.    Alqur’an dan ibadah rasulullah
Alqur’an mengimbau rasulullah dengan imbauan yang lebih tegas dalam kapasitas beliau sebagai teladan bagi seluruh umat agar beribadah ekstra dengan berbagai jenis ibadah dan qarubat yang dapat mendekatkan diri kepada Allah. Dalam konteks ini Alqur’an memberi perintah-perintah khusus kepada rasulullah antara lain dalam firman Allah :
“dan pada sebagian malam hari shalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan tuhamnu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.(QS.al-isra’(17):79)
h.    Apresiasi alqur’an terhadap ilham
Penjelasan beberapa ayat ilham yaitu, Salah satu ayat tentang ilham adalah informasi Allah bahwa mujahadah melawan nafsu merupakan jalan meraih hidayah Allah berfirman :
“dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan)kai benar-benar akan kami tunjukan kepada mereka jalan-jalan kami. Dan sesungguhnya, Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik(QS.al-Ankabut(29):69)[3]
2.         Kehidupan Rasulullah sebagai Sumber Kedua Tasawuf
a.    Kezuhudan rasulullah dan kesederhanaannya
Dalam sejarah hidup Rasulullah, maka akan didapati pola kehidupan Rasulullah yang penuh kezuhudan dan kesederhanaan. Hal ini tergambar dari berbagai Khabar tentang perilaku kehidupan beliau yang dimuat dalam sejumlah hadist shahih. Kezuhudan dan kessederhaan Rasulullah diantaranya sebagai berikut:
1.)      Kezuhudan dan kesederhanaan Rasulullah dalam hal makanan
Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hazain dari Rasulullah, bahwa beliau sangat bersahaja dalam soal makan. Ia bercerita: Aku melihat Abu Hurairah memberi isyarat dengan jarinya beberapa kali, seraya berkata, “demi dzat yang jiwa Abu Hurairah ada dalam genggaman tangan-Nya. Nabi Allah tidak pernah kenyang selama tiga hari berturut-turut dengan mengkonsumsi roti gandum samapai beliau meninggal dunia.” (HR. Al-Bukhari). Dalam lain yang berbunyi:
مَا مَلأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلاَتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ فَإِنْ كَانَ لاَ مَحَالَةَ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ
“Manusia tidak memiliki wadah yang lebih buruk daripada perut. Cukuplah bagi manusia beberapa suapan kecil yang dapat menegakkan tulang punggungnya. Bila tidak dapat maka usahakanlah sepertiga untuk makannya, sepertiga untuk minumnya dan spertiga untuk napasnya.” (HR. Tirmidzi).
Dalam kedua hadist diatas, terlihat jelas bahwa pola hidup  Rasulullah yang sederhana dengan tidak berlebih-lebihan dalam hal makanan.
2.)      Kezuhudan dan kesederhanaan Rasulullah dalam berpakaian
Kezuhudan dan kesederhanaan Rasulullah dalam berpakaian salah satunya digambarkan dalam hadist yang diriwayatkan dari Anas bahwasanya “Rasulullah makan makanan kasar, memakai pakaian kasar dan hanya sesekali mengenakan pakaian dari bulu domba.” (HR. Al-Hakim). Dari hadist ini mejelaskan bahwa Rasulullah tidak menyukai memakai pakaian dari bulu domba, yang mana dulu pakain dari bulu domba adalah pakain yang mewah, dan memilih pakain dengan bahan kasar. Hal ini menunjukkan kezuhudan beliau dalam berpakaian.
3.)      Kezuhudan dan kesederhanaan alas tidur Rasulullah
Rasulullah menyukai alas tidur berkualitas rendah karena lebih mengutamakan perilaku zuhud dan kesederhanaan daripada terlena dalam kenikmatan hidup. Diriwayatkan dari Aisyah ra. Ia berkata: “sesungguhnya, alas tidur Rasulullah berupa lembaran kulit berisikan rerumputan kering.” (HR. Muslim). Pilihan Rasulullah pada alas tidur sangat bersahaja dilatarbelakangi oleh keimanan beliau yang sempurna bahwa dunia hanyalah tempat tinggal sementara, buka untuk selama-lamanya.
4.)      Kezuhudan dan kesederhanaan Rasulullah sebagai pilihan hidup
Kezuhudan dan kesederhanaan Rasulullah bukanlah karena faktor kemiskinan dan keterdesakan kondisi hidup, melainkan karena pilihan dan kegemaran. Hal ini tergamabar dalam hadist riwayat tirmidzi: “Rabb-ku pernah menawariku untuk mengubah padang pasir Mekah menjadi emas, namun aku bilang: O Tuhan, aku hanya ingin kenyang sehari dan apar sehari, beliau mengucapkan sebanyak tiga kali atau yang setara, sehingga bila lapar, aku dapat menundukkan diri pada-Mu, mengingat-Mu dan bila kenyang aku bersyukur kepada-Mu dan memuji-Mu.”
b.    Ibadah Ekstra Rasulullah
1.)      Intesitas Shalat Rasulullah
Meunurut sejumlah riwayat rasulullah gemar melaksanakan shlat tengah malam. Diriwayatkan dari Aisyah ra, bahwasanya rasulullah melaksanakan shalat malam hingga kaki beliau bengkak-bengkak. Aku bian kepada beliau, “Wahai Rasululla, kenapa Anda melakukan ini, padahal Allah telah mengampni dosa Anda yang telah berlalu dan yang akan datang?” beliau menjawab, “Apakah aku tidak suka jika menjadi hamba yang bersyukur?.” (HR. Bukhari & Muslim)
2.)      Intensitas Puasa Rasulullah
Intensitas  Puasa Rasulullah dalam hadis disebutkan “Rasulullah suka berpuasa dan seringkali tidak makan sampai kami mengatakan setahun ini Rasulullah berpuasa terus. Namun ditahun berikutnya beliau tidak berpuasa sampai kami mengatakan beliau tidak suka berpuasa setahun penuh. Dan puasa yang paling beliau suka adalah puasa bulan Sya’ban.” (HR. Ahmad & Ath Thabrani)[4]

3.)      Apresiaasi Rasulullah terhadap Ilham
Ilham merupakan tujuan jalan tasawuf. Rasulullah memberikan apresiasi khusus terhadapnnya dengan menyatakan bahwa Ilham merupakan anugerah ilahiah yang telah diperoleh oleh orang-orang pilihan dari kalangan umat-umat terdahulu dan umat Muhammad pun mendapat bagian dari anugerah tersebut. Dari pernyataan tersebut, salah satu contoh umat Nabi yang mendapat ilham adalah Umar bin Khattab, yang tertuang dalam hadits yang diriwayatkan dari Aisyah ra. “Di kalangan umat islam yang terdahulu sebelum kalian, terkadang ada orang-orang yang mendapat ilham. Apabila di kalangan umatku terdapat beberapa orang yang mendapat llham maka Umarlah salah satunya.[5]
3.         Kehidupan Sahabat dan Khulafaurrasyidin Sebagai Sumber Ketiga Tasawuf
a.    Abu Bakar ash-Shiddiq
Kezuhudan dan kesederhanaan Abu Bakar ash-Shiddiq tergambar dalam beberapa sikap beliau sebagai berikut:
1.) Abu Bakar ash-Shiddiq setelah menjadi khalifah, tidak bermewah mewahan, tetapi menjadi lebih zuhud dan sederhana dalam makanan dan pakaian.
2.)      Ketakutan Abu Bakar ash-Shiddiq yang begitu besar kepada Allah samapai beliau berangan-angan dirinya tidak pernah diciptakan karena takut akan hisab. Namun ini bukan bentuk keputus-asaan beliau, melainkan ketakutan dan pengharapan beliau untuk senantiasa beribadah keapada Allah
3.)      Abu Bakar ash-Shiddiq memiliki sikap memilih untuk menjauhi segala hal yang masih bersifat syuhbat.
4.)      Abu Bakar ash-Shiddiq mengakui kelemahan akal dalam menjangkau esensi Tuhan.
b.    Umar bin Khathtahab
Kezuhudan dan kesederhanaan Umar bin Khathtahab tergambar dalam beberapa sikap dan peristiwa berikut:
1.)      Umar bin Khathtahab pernah berkhutbah dengan mengenakan pakaian penuh tamabalan untuk mendorong jamaah agar qana’ah menerima rezeki apa adanya
2.)      Umar bin Khatab memiliki rasa takut yang amat tinggi kepada Allah.
3.)      Umar bin Khatab menghiasi diri beliau dengan sikap alturisme, yaitu mementingkan orang lain diatas kepentingan pribadi
4.)      Umar bin Khathtahab menjadikan ibadah menjadi agenda terbesarnya dengan menjalani puasa dan aktif menunaikan qiyamullail.
c.    Ustman bin Affan
Kezuhudan dan kesederhanaan Ustman bin Affan tergambar dalam beberapa sikap dan peristiwa berikut:
1.)      Ustman bin Affan memiliki pandangan bahwa kebaikan tersimpul dalam 4 perilaku mulia: a. mendekatkan diri kepada Allah dengan amalan-amalan sunah. b. sabar menghadapi hukum dan ketentuan Allah. c. ridha menerima takdir Allah. d. malu kepada Allah
2.)      Ustman bin Affan mengumpulkan harta dalam usaha perniagaannya untuk di sedekahkan di jalan Allah demimembela agama. Seperti contoh ustman membiayai seluruh keperluan pasukan al-usrah dan membeli sumur air untuk kepentingan kaum muslim.
d.   Ali bin Abi Thalib
Kezuhudan dan kesederhanaan Ali bin Abi Thalib tergambar dalam beberapa sikap dan peristiwa berikut:
1.)      Ali bin Abi Thalib memilih mengenakan pakaian yang tambalan karena menurutnya itu dapat menjadi media untuk mengkhusukkan hati.
2.)      Ali bin Abi Thalib menggigil dan pucat ketika tiba waktu shalat, karena ia takut apakah ia sudah melaksakan shalat dengan baik atau tidak.
3.)      Ali bin Abi Thalib sangat consern dalam mujahadah dan riyadhah. Ia berkata “tidaklah Tiadalah aku dan nafsu diriku kecuali seperti seorang pengembala domba (dengan kawanan dombanya), setiap kali ia menghimpun mereka di satu sisi, mereka menyebar lagi di sisi lain.[6]


BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Dari beberapa pengertian di atas bisa di simpulkan bahwa tasawuf adalah ilmu bagaimana cara kita mendekatkan diri dengan Allah dan mengenal Allah lebih dekat dan para sufi mengatakan bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah kehidupan yang sementara dan hakikatnya kehidupan yang hakiki atau kekal yakni kehidupan di akhirat kelak. Itulah sebab nya mengapa manusia mulai mencari rumahnya sendiri. Maka manusia pun  mulai melakukan pencarian dengan menempuh perjalanan ruhani menuju tuhannya : inilah yang kita sebut tarekat atau thariqoh itu.Tasawuf di peroleh dari berbagai sumber yang pertama dari alqur’an yang kedua dari rasulullah dan yang ke tiga dari khulafaurrasyidin.


















[1] Muhammad fauqi hajjaj, Tasawuf Islam dan Akhlak, Jakarta : Amzah,  2011, Hlm. 1-4.
[2] Moenir nahrawi tohir: Menjelajah Eksistensi Tasawuf, Jakarta : 2012, Hlm. 27-37.
[3] Ibid., Hlm. 37-43.
[4] Muhammad Fauqi Hajjaj, Jakarta: Amzah, 2011, Hlm. 53-59.
[5]Ibid., Hlm. 62.
[6]Ibid., Hlm. 67-74.

Tidak ada komentar: